chapter 16

7K 861 24
                                    

16. Hilangnya senyuman itu

***

Reynand memarkirkan motornya disamping pejual bubur ayam yang selalu buka selama 24 jam. Reynand memang disuruh Salsha untuk membelikan bubur karena Abrial yang tiba-tiba demam, dan itu memang biasa terjadi kepada Abrial.

"Mang, buburnya satu tapi pake kacap doang." Mang bubur yang bernama Asep itu mengangguk.

"Siap, A. Tungguan heula nya." Reynand mengangguk dan duduk dibangku yang ada disana.

Netranya memandangi jalanan yang tidak terlalu ramai. Mungkin karena sudah malam juga. Lamunan Reynand buyar ketika mendengar suara motor yang jelas parkir disamping Reynand terduduk.

"Loh Pak Rey," sapa orang itu. Reynand tersenyum tipis, ternyata itu Chaka. Anak didiknya. Chakapun menyalimi Reynand, walau Chaka tau bahwa Reynand masih muda. Namun, menghormati harus dong?

"Beli apa, Pak?" tanya Chaka yang duduk dihadapan Reynand.

"Bubur." Chaka mengangguk dan menoleh kepada Pak Asep.

"Mang buburna hiji, ulah make nanaon buburnya we hungkul," jelas Chaka dengan logat sundanya.

[Mang, buburnya satu. Jangan pake apa-apa buburnya doang.]

"Siap, A. Geningan jauh-jauh kesini beli bubur," tanya Mang Asep.

"Iya, Mang. Bubur yang biasa lagi tutup."

Chaka memang sudah kenal dengan Mang Asep, karena jika tempat bubur yang dekat sedang tutup, Chaka maupun yang lain suka beli bubur ditempatnya Mang Asep, yang jelas lumayan jauh dari tempat kosnya Reza.

"Emangnya enak ya bubur gak pake apa-apa?" tanya Reynand. Chaka menyengir.

"Gak tau, Pak. Bukan buat Chaka soalnya," jelas Chaka.

"Terus buat siapa?"

Entah mengapa, Reynand seakan ingin banyak bertanya tentang hal ini. Karena Reynand teringat kepada seseorang, orang yang selalu memakan bubur dengan polos, tanpa pake kecap ataupun yang lainnya.

"Buat Reza, Pak. Lagi sakit, dia emang gak suka buburnya dicampur apa-apa. Aneh memang," jelas Chaka.

Reynand terdiam beberapa saat. Ternyata benar, bubur itu untuk seseorang yang Reynand pikirkan, Reza.

"Ouh buat Reza." Reynand menjawab. Chaka mengangguk.

"Yaudah, semoga cepat sembuh, ya."

Tak lama Mang Aseppun menghampiri mereka.

"Ini, A. Ini yang Chaka dan ini yang Masnya, masing-masing sepuluh ribu." Keduanya mengangguk.

"A Chaka, ini pasti buat A Reza, ya?" Chaka mengangguk dan menyodorkan uang dua puluh ribu.

"Heeh, Mang. Biasa, lebihnya buat Mang aja ya, lumayan buat beli kopi."

Reynand terdiam. Seberapa sering Reza memakan bubur itu? Apa itu artinya Reza sering sakit? Tapi, bubur bukan untuk orang sakit saja bukan?

***

Sejak perginya Chaka untuk membeli bubur didepan, Reza sama sekali tidak membuka suara, hanya mendengarkan ocehan Ravin yang terlihat muak kepadanya, namun Reza tahu bahwa Ravin hanya khawatir. Seseorang bisa berbeda mengeekpresikan rasa khawatirhya bukan?

Dengan tatapan kosong dan pikiran yang terus melayang, Reza masih diam.

"Kamu sama Kakak sama Ayah saja, Ayah gak mau kalian tinggal sama papah tiri kalian."

Alvrenza Shaqeel || ENDWhere stories live. Discover now