15 || Kenyataan

405 252 99
                                    

𓂅•❥ #happy reading - Kenyataan

Vote komen ya pren ꒰〃'ˆ'〃꒱

- aurandhnn -












"Guys kita bagi tugas, kita semua dapat hukuman dari Pak buncit untuk menjadi babu dadakan! jadi harus kompak jangan saling nyalahin satu sama lain. Duyuandesten!" jelas Lutfi memimpin kelas bahasa dan membagi rata hukum yang di berikan Pak Bondan.

"MENGERTI PAKETU!"

Paketu adalah panggil untuk ketua kelas cowok yang artinya Pak ketua.

"Oke sekarang selesaikan tugas kalian masing-masing. Gue udah beli air putih sekardus ambil aja gue taro sini,"

"Ini nih baru Paketu kita! kagak pelit!"

"Bebep Lupi Ajeng semakin cinta ama yuuu."

"Skip!!" Jawab Lutfi saat Ajeng mengatakan itu.

Dan tawa teman-temannya saat Ajeng yang di tolak secara tragis.

"Lupi," Panggil Sanna mengangkat tangannya.

"Ya gimana?"

"Gue ga doyan air putih bisa ganti varian gak?"

"BELI SENDIRI! UDAH DI BELIIN NAWAR LAGI! dasar tidak bersyukur!" jawab Lutfi ngegas.

"Mineral gitu dong yang ada manis-manis kek senyum doi," Ucap Dani teman sebangku Lutfi.

"Udah udah bercanda nya di lanjut nanti, sekarang kita selesaikan tugas negara dulu, menjaga lingkungan dan reboisasi."

"Emang disuruh nanem tumbuhan juga?" gumam Intan pelan yang mendapat kekehan kecil oleh Sanna yang mendengarnya.

Semuanya membubarkan diri. Bergegas menyelesaikan tugas masing-masing. Sanna dan Intan mendapat tugas membersihkan lapangan yang terbilang sangat luas apalagi banyak sekali dedaunan yang rontok.

"Lapangan basket panas banget cuy enakan di halaman belakang adem," Ucap Intan mendapat angguk setuju dari Sanna.

"San rejeki lo, liat noh kelasnya Altair lagi olahraga."

Sanna melihat ke arah lapangan tampak kelas Altair yang sedang ada mapel pjok. Sanna harus berpura-pura bodoamat agar tidak terciduk Altair gegara dirinya dihukum.

"Pura-pura gak tau aja," Ujar Sanna pelan mulai menyapu dedaunan yang bejibun banyaknya.

Udah hampir setengah jam dan kedua gadis itu belum menyelesaikan tugasnya karena faktor angin yang tidak mau berkerja sama. Ngalor ngidul.

"Ratu,"

Suara itu sangat familiar di telinga Sanna. Pura-pura tidak dengar itulah yang dilakukannya, ia tetap melanjutkan menyapu tanpa peduli Altair yang memanggilnya. Sementara itu, Altair yang melihat Sanna tidak meresponnya tersenyum tipis. Oh lagi pura-pura gak dengar pikir laki-laki itu.

"San, cowok lo semakin mendekat siaga satu." Bisik Intan mendapat anggukan kepala dari Sanna.

"Ra?"

Suara yang semakin mendekat membuat jantung Sanna juga berdetak lebih cepat.

Altair menghentikan Sanna yang sedang menyapu. Memegang lengan Sanna mengambil alih sapu dari tangan Sanna. "Hukuman karena apa lagi?"

Kata 'lagi' yang diucapkan Altair memang tidak asing lagi di telinganya. Hampir setiap hari kalimat itu di ucapkan. Tapi sebelumnya hanya lewat chat.

Yang diberi pertanyaan hanya tersenyum memperlihatkan gigi nya. "Gue di hukum gegara ga ikut upacara." cengir Sanna saat menjawab.

ALTAIR | Bucin Infinity ♾️Where stories live. Discover now