10 || Prajurit Sanna

429 268 99
                                    

𓂅•❥ #happy reading — prajurit Sanna

Vote komen ya pren ꒰〃'ˆ´〃꒱

aurandhnn









"Gue beneran nikah? Sama siapa?"

Dari yang ia lihat undangan ini sudah sedikit kusam. Apakah benar ini undangan pernikahannya atau hanya main-main saja?

Karena jiwa kepo nya meronta-ronta ingin tau mau tidak mau Sanna harus bertanya langsung pada Papa nya.

Sayangnya harus di pending dulu melihat aura Papa nya yang sangat dingin membuat dirinya takut bertatap muka dengan beliau.

Tidak! ini harus di selesaikan sekarang. Tanpa banyak pikir lagi gadis itu keluar kamarnya berniat akan menemui Habib di ruang kerja.

Saat langkahnya sudah sampai di depan ruang kerja Papanya, ia berhenti sejenak. Sedikit ada keraguan untuk bertanya mengenai surat yang berada di genggamannya ini.

Ceklek

"Papa" Panggil Sanna dengan suara pelan.

Habib tersenyum ke arah putrinya itu. Dirinya sudah paham akan kedatangan Sanna ke ruangannya.

"Peringatan pertama buat kamu. Kamu pasti sudah paham dengan jelaskan?"

"Jadi tidak perlu Papa jelaskan lagi." kata Habib dengan suara tegasnya.

"Papa pikir Ratu mau? Gak akan."

"Gak akan dan gak akan mau Ratu nikah sama pilihan Papa!" jawabnya.

"Papa terlalu ikut campur masalah pribadi Ratu,"

"Papa ini orang tua kamu Ratu! Papa berhak menentukan pasangan kamu." Habib berucap dengan tegas kepada putrinya itu.

"Ratu mohon sama Papa buat gak lanjutin hal konyol ini." ucap Sanna pilu.

Sanna benar-benar lelah dengan semua ini.

"Keputusan Papa sudah bulat. Segera putuskan Pacar mu itu."

Deg!

Jantungnya berdegup kencang mendengar kalimat yang baru saja keluar dari mulut Papanya.

Sanna menghampiri Habib yang duduk di kursi kerjanya. Menatap Papanya yang malah acuh seperti ini.

"Pa! Papa gak tau sepenting apa Altair di hidup Ratu dan dengan mudahnya Papa suruh Ratu untuk mutusin dia?"

"Altair yang selalu ada untuk Ratu. Gak kaya Papa yang haus akan kekayaan!"

"Ratu benci Papa! Ratu benci semua orang di sini. Kalian semua egois!"

Nafas Sanna naik turun setelah mengatakan kalimat panjang itu. Dia menatap Habib marah.

"Keluar, kamu gak punya sopan santun disini." ucap Habib tanpa peduli kehadiran Sanna di depannya yang menangis sambil meremas undangan pernikahan yang Sanna bawa.

"Gak! Papa harus batalin semuanya, semua rencana Papa itu" tolak Sanna.

"KELUAR! atau Papa tidak segan-segan kasih hukuman kamu di sini!"

"Bunuh Ratu sekalian!" ucap Sanna dengan lantangnya.

"Daripada Ratu hidup kaya gini, Ratu lebih milih MATI!" teriak Sanna di akhir katanya.

"Ratu gak mau dituntut ini itu sama papa!"

Plak!

Untuk kedua kalinya Habib menampar pipi Sanna dengan kencang.

ALTAIR | Bucin Infinity ♾️Where stories live. Discover now