Dan lewat telepon, maminya berkata jika anggota keluarga mereka sudah bertambah satu. Laska yang sangat antusias langsung berkeinginan untuk pulang ke negaranya jika saja Ayden tidak mengingatkannya tentang tingginya angka penularan virus yang sedang merebak di muka bumi. Hingga Laska hanya bisa melihat keponakannya lewat laptop ataupun ipad milik suaminya.

"Gausah gitu juga kali raut muka lo." Mina melanjutkan.

"Lagian ngeri banget kudu dijahit-jahit segala. Untung aja lo di anestesi."

Mendengar itu malah membuat Mina tertawa pelan.

"Kata siapa gue di anestesi?"

"Hah?"

"Pas dijahit, gue masih sadar dan sensasi benang sekaligus jarum jahit itu bahkan masih kebayang sampe sekarang."

Mendengar pengakuan itu tentu saja membuat tubuh Laska sontak merinding. Berulang kali dia bergumam di dalam hati tentang rasa bersyukurnya karena dilahirkan sebagai seorang laki-laki.

"Terus gim-"

"Udah lah. Kenapa malah bahas itu sih. Btw emang lo ngga mau liat ponakan lo?"

Prince Ocean Adyatma, nama anak pertama Mina dan Langit.

"Ah iya! Sean manaaaa?" Nada suara Laska berubah sangat antusias jika berkaitan dengan keponakannya itu.

"Sean saha? Anak gue mah namanya Prince bukan Sean."

*Cean = Sean.

Lalu terlihat Langit menyerahkan bayi mungil di gendongannya kepada Mina.

Laska sontak histeris dalam kegemoyan saat wajah keponakannya itu tampak di layar. Bayi mungil itu benar-benar sangat menjiplak wajah ibunya alias Mina. Hanya bentuk alisnya saja yang mengikuti ayahnya.

Mengingat itu Laska jadi bisa menebak bagaimana pundungnya Langit saat anak pertamanya sama sekali tidak mirip dengan wajahnya.

"Apasih ribut-ribut." Dari arah pintu, terlihat Ayden yang sudah mengenakan kaos serta celana pendek masuk ke kamar lalu melongok; bermaksud untuk melihat dengan siapa istrinya itu video call.

"Oi, apa kabar?" Mina menyapa saat melihat wajah Ayden di layar.

"Baik." Lelaki itu lantas menatap istrinya yang masih fokus ke layar laptop sembari memekik gemas. Puncaknya saat si bayi membuka matanya dan memperlihatkan bola mata boba seperti miliknya, Laska sontak memekik gemas.

"Lucu banget sih," ungkap Laska.

Mina hanya tertawa.

"Kapan balik ke sini?"

"Nggg-"

"Nanti pas kondisi udah memungkinkan. Lagian kalo kami balik ke sana juga pasti di karantina dulu." Ayden menjawab.

"Huh iya juga... Eh udah dulu ya, soalnya gue mau bersih-bersih."

Setelah beberapa kata, sambungan video itu langsung terputus.

Laska menutup laptop dengan gerakan lemas. Ah, coba saja dirinya tidak ikut kemari bersama Ayden, pasti sekarang dia sudah bisa menggendong keponakan serta berkumpul dengan anggota keluarganya. Setelahnya dia melangkah ke ranjang lalu membaringkan tubuhnya; membelakangi Ayden.

Ayden yang sudah paham lantas mengurungkan niatnya untuk tidur walaupun matanya sudah sangat lengket. Memberi pengertian kepada istrinya kini lebih penting daripada keinginannya untuk segera tidur.

LASKEN [✓]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum