LASKEN : 38 FLASHBACK SEDIKIT

28.8K 3.6K 21
                                    

"Keluarga om kaya ya ternyata." Ucapan matre itu keluar begitu saja dari mulut Laska.

Mendengar itu tentu saja membuat Amara terbahak dan melupakan keanggunannya, berbeda dengan wajah papa Ayden yang masih lempeng.

"Ah enggak juga. Harta om sedikit sebenernya. Dari harta itu cuma bisa biayain sampe cicitnya cicit Ayden. Itu pun harta yang sekarang, belum dihitung sama penghasilan selanjutnya dan salah satu bisnis yang dikelola Ayden di sana."

Merendah untuk dihujat. Definisi yang cocok untuk calon mertua Laska. Untung saja pria di depannya soon akan menjadi mertuanya jika tidak mungkin puluhan umpatan akan meluncur bebas dari lidah tidak bertulang Laska.

"Humor om bagus juga ternyata. Perut Laska mendadak geter-geter pas denger om ngomong barusan," jawab Laska yang sudah ketularan dungu seperti Arion.

Amara yang mendengar itu makin tertawa sebelum Ayden tiba-tiba datang.

"Kenapa sih, ma?" tanya Ayden.

Amara menggelengkan kepalanya. Setelahnya wanita itu lantas bangkit menuju dapur.

"Mama kenapa sih, pa?" Ayden balik bertanya ke papanya.

"Biasa selera humor mamamu lagi konslet," jawab papa Ayden santuy.

Ayden kemudian duduk di samping Laska.

"Ngobrol lah kalian berdua. Papa mau bantu mama dulu." Pria itu lantas melangkah pergi dan benar ingin membantu istrinya.

Ayden yang sudah hapal dengan kebucinan papanya pun hanya menghiraukannya. Dia sudah biasa. Bahkan beberapa kali Ayden sering adu mulut karena memperebutkan Amara dan setiap hal itu terjadi papa Ayden terus menerima kekalahan, karena istri tercintanya itu akan selalu memilih Ayden.

Ah, membayangkan itu membuat Ayden tersenyum kecil. Dirinya jadi berpikir bagaimana saat dirinya nanti menjadi seorang ayah-

Mata Ayden menatap Laska. Ayden baru saja melupakan satu hal jika orang yang ingin ia nikahi itu adalah seorang lelaki yang sangat tidak mungkin akan hamil dan melahirkan.

Ayden lantas mengenyahkan pemikiran itu.

"Ngga mau jelasin sesuatu ke gue?" pancing Laska.

"Jelasin apa?"

"Gausah pura-pura dungu kayak Arion deh."

Ayden lantas tertawa kecil.

"Lo pasti udah tua kan? Lo udah lulus kuliah dan lo sengaja masuk ke sekolah gue buat jadi mata-mata karen-"

"Gausah ngawur! Tua darimananya? Umur gue itu satu tahun di atas lo. Ga percaya? Mau gue ambilin akte lahir gue?" potong Ayden.

Laska sontak menggeleng.

Ayden lantas mendorong kening Laska pelan dengan telunjuknya. "Jangan keseringan baca cerita begituan ngga baik buat kesehatan!"

Laska menepis tangan Ayden dan menyimak penjelasan Ayden setelahnya.

"Keluarga gue itu keluarga business dan perusahaan yang sekarang dipegang papa itu didirikan sama leluhur keluarga kami.... gausah ketawa! Gue serius."

Laska melipat bibirnya ke dalam. Mendengar kata leluhur entah kenapa membuat lelaki mungil itu ingin tertawa.

"Dari semua bisnis yang keluarga besar gue miliki, ada satu lagi anak perusahaan yang masih terbengkalai. Apalagi beberapa sepupu gue ada yang ngga punya kemampuan buat jadi business man dan akhirnya gue salah satu harapan papa sama paman gue buat ngelanjutin bisnis itu. Karena mereka tau kalo sedari kecil gue emang tertarik di dunia gituan."

"Apasih ini. Lo lagi halu kah? Kenapa cerita lo mirip sama novel yang semalem gue baca?" Laska menatap Ayden tak percaya. "Ayolah lo itu masih SMA masa-"

"Emang kenapa kalo gue masih SMA?"

"Ya jelas lah. Orang yang berpendidikan tinggi pun ngga semua bisa kayak gitu sedangkan lo yang masih menengah atas kok-"

"Stop berpikir kayak gitu. Emang salah-"

"PLIS DEH KALO GUE NGOMONG JANGAN DIPOTONG TERUS! KESEL ASU!"

Nah kan.

"Ngobrol yang baik, Ayden! Jangan bikin calon menantu mama ngamuk ya atau talenan ini mama lempar ke muka kamu!" Amara menimpali sambil mengangkat sebuah talenan berwarna  merah.

Ayden menghela napas pelan. "Udah lah percuma gue jelasin panjang lebar, lo juga ngga bakal paham."

Laska mengangguk. Ya lelaki itu juga menerima kenyataan dan membenarkan kalimat Ayden barusan. "Jadi lo ke Massachusetts buat ngurus bisnis dong?"

"Plus kuliah juga."

"Lo masih mau kuliah?"

Ayden mengangguk. "Emang kenapa?"

"Seperti yang lo bilang tadi, lo kan udah bisa ngurus gituan terus kenapa masih kuliah?"

"Laska, ngurus perusahaan itu bukan hal mudah. Mau gue sepinter apapun tapi tetep pelajaran yang selama ini gue serap tetep bakal kurang. Dan sebagai antisipasi, ya gue kudu kuliah buat mempertajam ilmu gue sambil membangun relasi baru."

Laska ber oh ria. Sebenarnya dia tidak paham eh hanya satu yang ia pahami dari obrolan ini yaitu.... calon suaminya benar-benar kaya ternyata.

Sepertinya pindah ke Massachusetts setelah menikah bukan pilihan yang buruk.

++

LASKEN [✓]Where stories live. Discover now