LASKEN : 16

34.1K 4.9K 304
                                    

Beberapa bulan kemudian...

  Tak terasa waktu sudah berjalan begitu cepat. Begitu juga dengan Laska yang beberapa bulan lagi akan melepas title nya dari siswa menjadi mahasiswa, soon.

"Gue mau lanjut ke Sydney."

"Hah?"

Mina mengangguk. "Ternyata bokap gue udah ngerencanain dari lama kalo lulus SMA gue langsung kudu pindah ke sana."

"Gagal dong kita satu kampus?"

Perempuan berkuncir satu itu mengangguk lagi. "Sori bre... gue aja baru tau semalem."

Laska lantas merangkul pundak Mina.

"Kalian marah?"

Kedua lelaki itu menggeleng.

"Kenapa kita mau marah toh lo ke sana juga kan mau cari ilmu kali bukan cari laki," ujar Beben yang membuat kedua temannya tertawa.

Raut wajah Mina berubah masam. Dan hal itu tentu saja langsung disadari oleh Laska maupun Beben. Belum sempat kedua lelaki itu bertanya, tiba-tiba Mina langsung berlari pergi sambil membekap mulutnya.

"MINA!" Teriakan Beben barusan mengundang banyak pasang mata menatap mereka.

Laska langsung berlari menyusul Mina dengan diikuti Beben.







Tak butuh waktu lama, keduanya pun menemukan keberadaan Mina yang kini sedang berjongkok di salah satu toilet siswi.

Mina yang menyadari keberadaan mereka lantas mengangkat sebelah tangannya pertanda jangan mendekat.

Cukup lama mereka menunggu Mina menyelesaikan 'urusannya' hingga perempuan itu pun bangkit dan mengusap sudut bibirnya dengan jempolnya.

"Lo sakit?" Laska langsung bertanya.

Dengan mata yang berkaca-kaca, Mina menggeleng. "Asam lambung gue lagi kumat kayaknya."

"Yaudah lo balik ke kelas aja bareng Beben biar gue ke kantin dulu buat beliin lo makanan."

"Gak perlu."

"Tapi perut lo kudu diisi, biar nanti sekalian gue mintain obat ke penjaga UKS."

Mina menahan tangan Laska saat lelaki itu ingin berlalu pergi. "Gaperlu minta obat, tolong beliin gue roti aja."

Laska mengangguk dan meninggalkan Mina berdua dengan Beben.

"Lo belum cerita ke Laska tentang itu?"

Mina menggeleng.

"Tapi setidaknya lo harus ngasih tau ke--"

"Kasih gue waktu sebentar aja. Gue bakal ngaku ke semuanya, tapi untuk sekarang gue masih belum berani." Mina menjawab dengan suara parau, perempuan itu mati-matian berusaha menahan air matanya. "Cukup lo akting seolah-olah gue pergi ke Sydney itu beneran untuk kuliah dan bukan untuk hal lain."

Mina langsung melangkah menuju kelas dan Beben hanya bisa menatap punggung perempuan itu sambil menghembuskan napas pelan.

++

Joe menatap jengah pemandangan di depan matanya. Padahal tidak ada yang aneh, hanya di depan sana Ayden, Laska dan Ezra sedang mempresentasikan hasil tugas kelompok mereka. Joe yang ternyata diam-diam memiliki sifat cemburu akut seketika langsung panas saat melihat bagaimana Ayden yang diam-diam mencuri pandang ke arah Laska yang sedang menerangkan hasil ppt kelompoknya.

"Sialan!" Tangan Joe mengepal tanpa sadar.

Tak berapa lama, Laska kemudian mengakhiri penjelasannya dan presentasi itupun langsung ditutup oleh Ayden; sebagai moderator.

"Kelompok selanjutnya!"

Laska menghembuskan napas lega lalu berjalan menuju tempat duduknya. "Eh?" Lelaki itu sedikit tersentak lalu pandangannya menunduk melihat jari kelingking kanannya yang kini bertautan dengan kelingking orang di sebelahnya. Tanpa mendongak pun dia tau orang di sebelahnya itu Ayden dan tidak mungkin Ezra, karena si ketua kelas itu sudah kembali ke bangkunya.

Tubuh Laska sontak bergidik saat Joe menyadari hal itu, dia langsung kembali ke tempat duduknya.

Laska sedikit melirik ke arah bangku Ayden dan terlihat olehnya jika lelaki itu sedang menatapnya terang-terangan. Tanpa sadar Laska menyunggingkan senyum kecil.

"Ben, pinjem catetan bahasa inggris lo."

Beben lantas menyodorkan bukunya dan Laska mulai menyalin sambil telinganya mendengarkan kelompok yang sedang presentasi di depan sana.

Saat sedang fokus mencatat, Laska merasa jika lengannya dijawil seseorang, tidak lain dan tidak bukan Beben lah yang menjawilnya.

Beben berbisik, "Ayden daritadi ngeliatin elo terus."

Gerakan tangan Laska terhenti, bersamaan dengan dadanya yang kini berdebar cukup intens. Dia melipat bibirnya sebentar kemudian balik menatap Beben.

"Ayden kan punya mata jadi wajar lah kalo dia ngeliatin gue," balas Laska tak kalah berbisik.

"Lo nggak baper gitu?"

"Kenapa gue harus baper, orang yang ngeliatin gue juga dah berpawang." Laska membalas dengan tak lagi berbisik.

Mungkin saja Ayden mendengar balasannya itu, buktinya lelaki itu langsung memutuskan pandangannya lalu fokus ke depan. Berbeda dengan Joe yang kini amarahnya hampir memuncak.

"Cukup kemaren gue diem, tapi hari ini gue harus kasih pelajaran ke si bangsat itu." Joe menatap Laska dengan sangat sinis.

++

LASKEN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang