LASKEN : 28

31.3K 4.3K 152
                                    

"Gue mau ngomong!" Laska sengaja menghadang Ayden yang ingin memasuki mobil. Sudah hampir satu minggu lelaki itu menjauhi Laska sejak kejadian di kelas saat itu. Laska yang awalnya bersikap acuh kini malah merasa kesepian bukan main. Apalagi saat ia tahu jika salah satu adik kelas mereka terang-terangan tampak mendekati Ayden dan hal itu cukup membuat satu sekolah gempar. Para penghuni sekolah berpikir apakah kejadian Ayden dan Joe akan berlanjut ke jilid dua dengan pemeran uke yang berbeda?

Seluruh kata-kata yang sudah disiapkan oleh Laska kini lenyap saat melihat betapa dinginnya tatapan lelaki itu untuknya. Dia tidak suka dan rasanya ingin marah saat Ayden menatapnya seperti itu.

"Lo kenapa ngejauhin gue?"

"Kan lo yang minta," jawab Ayden santai sambil bersandar di badan mobil. "Buruan mau ngomong apaan lagi!? Gue lagi buru-buru sekarang."

"Buru-buru mau ke mana?"

Sebelum Ayden menjawab, dari arah koridor sekolah terdengar seorang lelaki bermata sipit berteriak memanggil nama lelaki di depan Laska; Ayden.

Lelaki berwajah oriental itu terlihat berlari kecil menuju ke arah Ayden dan Laska.

"Sori kak aku telat!" ucap lelaki itu dengan napas ngos-ngosan. "Kakak nunggu lama ya?"

Laska merasa deja vu sekarang. Bukankah ini seperti insiden dirinya saat masih berpacaran dengan Kimmy dulu.

"It's okay," jawab Ayden sambil mengusak rambut lelaki itu dan itu terjadi tepat di hadapan Laska.

"Hai kak," sapa lelaki itu kepada Laska.

"Lo siapanya Ayden?" tanya Laska tanpa babibu. Persetan dengan rasa malu karena dia sudah tak perduli sekarang.

Adik kelasnya itu terlihat bingung dan menatap Ayden dan Laska bergantian.

Sebelum lelaki itu menjawab, Ayden terlebih dahulu sudah menarik tubuhnya ke dalam mobil. Ayden terlihat bergumam sesuatu dan diangguki oleh lawan bicaranya.

"Lo gaada hak buat nanya-nanya hal barusan ke dia!" Ayden berkata sambil menatap datar ke arah Laska.

Napas Laska tercekat. Sungguh mendengar itu membuat dirinya kembali mengingat seluruh kenangan buruknya dulu bersama Ayden. Jika dulu dia bisa berpikir positif, mungkin semua itu karma atas perbuatan buruk serta mulut pedasnya tetapi sekarang? Dia sudah berubah. Dirinya tak sejahat dulu lagi.

"Gue denger percakapan lo sama Mina waktu itu," ujar Laska dengan suara lirih. "Setelahnya gue sadar kalo hubungan sesama jenis itu ngga akan ngehasilin apa-apa! Terutama pas gue liat tatapan lo ke perut buncit Mina dan gue tahu sampai kapanpun gue nggak akan ngerasain hal itu." Laska menghentikan ucapannya.

"Kalo lo mikir gue ngejauhin lo karena gue cemburu liat kedekatan lo sama Mina, lo salah besar." Laska berkata sambil menunduk. Pipinya terasa basah dan mati-matian dia berusaha menjaga nada suaranya agar tak bercampur dengan isakan. "Tanpa gue jelasin panjang lebar, lo pasti paham maksud gue."

"Lask-"

"Gue suka lo Ayden!" ungkap Laska lalu mendongak dan saat melihat wajah Ayden, air matanya kian turun semakin deras. Seperti kebanyakan orang lainnya, tentu saja Laska merasa sakit saat melihat perlakuan Ayden selama satu minggu belakangan ini, ya walaupun hal itu juga karena ulahnya.

++

"Belajar yang rajin!" ujar Rashi saat melihat anak bungsu serta menantunya sedang belajar di meja ruang tamu. Rashi meletakkan minuman dan cookies yang tadi dibuatnya ke atas meja.

Mina mengangguk, berbeda dengan Laska yang tidak menunjukkan reaksi apapun. Lelaki itu terlihat sangat serius dengan coretan angka di buku tulisnya.

Sejak kejadian di parkiran itu, hubungan Laska dan Ayden tidak menunjukkan perubahan apapun. Saat bertemu di kelas mereka berdua seperti orang asing yang dipertemukan di satu ruangan.

"Udah selesai?" tanya Rashi saat melihat Laska yang mulai membereskan peralatan belajarnya.

"Hm." Setelah itu Laska langsung berdiri dan melangkah menuju kamarnya.

Mina hanya menatap punggung Laska begitupun dengan Rashi.

"Dia kenapa lagi sih sama Ayden?" Rashi menatap menantunya penasaran.

"Berantem lagi mi kayaknya."

"Tapi kok bisa berantemnya sampe seawet ini?"

Mina menggeleng. Tidak mungkin dia memberitahukan semuanya ke Rashi, juga perempuan itu masih merasa bersalah karena ucapan sepelenya yang membuat hubungan kedua orang itu bisa retak seperti sekarang.

Sedangkan Laska yang sudah berada di atas kasur, kembali melamun seperti biasanya. Kebiasaan itu ia lakukan sudah beberapa hari ini. Dia melirik ke arah ponselnya yang biasanya selalu ramai berkat spam pesan tak jelas dari Ayden. Demi apapun! Laska tidak terbiasa dengan semua ini.

"Kenapa pengakuan gue waktu itu nggak dapet balesan, ya?" Laska bergumam. "Kayaknya dia emang ngga suka lagi deh ke gue."

"Gue nya terlalu baperan sih. Mungkin bener kata Joe dulu kalo dia kembali deketin gue cuma buat balas dendam."

"Bangsat lo Ayden! Kenapa rasa suka gue semakin besar buat elo." Tangan Laska mengepal erat. Matanya kembali memanas, ingatan buruknya kembali muncul saat Ayden benar-benar akan menjauhinya karena dia baru tahu jika Ayden akan melanjutkan pendidikan S1 nya ke luar negeri. Keinginannya untuk bersama Ayden kini sudah pupus tak bersisa.

++


LASKEN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang