LASKEN : 10

37.9K 5.1K 360
                                    

Kini Laska, Beben dan Mina berada di salah satu meja. Beben dan Mina sedari tadi asyik mengobrol banyak hal sedangkan Laska hanya memandang sekitar dalam diam.

Dia ingin pulang tetapi keinginannya itu harus ia tahan dalam-dalam jika tidak ingin menjadi bahan ejekan.

"Minum?" tanya salah satu pelayan yang entah sejak kapan sudah berada di rumah itu.

Rumah Ezra sekarang tidak lebih seperti klub malam bagi Laska.

Laska mengangguk saja dan memperhatikan pelayan itu menaruh tiga gelas di meja mereka.

"Cobain deh." Beben menyodorkan salah satu gelas ke Laska. "Yang ini kadar alkoholnya rendah. Gue jamin lu kagak bakal kobam, paling parah ya cuma pusing doang."

Laska menggeleng.

"Udah lah Ben, si Laska mah ga pernah minum-minum ginian." Mina merebut gelas dari tangan Beben dan meneguk cairan di gelas itu kemudian mengernyit.

Perempuan itu tidak sepolos yang dipikirkan. Walaupun dibilang nakal juga tidak, tetapi dia cukup akrab dengan minuman beralkohol. Sekedar satu teguk dan dua teguk tidak akan membuatnya mabuk.

"Tapi lo cowok. Masa iya mau diem terus di zona nyaman. Sekali-kali lah keluar dan nikmatin hal-hal baru."

"Good, Ben!" Arion yang baru datang langsung merangkul pundak Beben lalu menatap penuh cemooh ke arah Laska.

"Cupu lo njir. Gak liat tuh pacar gue yang lo bilang jati dirinya jauh di bawah lo, dia enjoy minum. Masa lo kalah sih sama uke?!" ejek Arion sambil menunjuk Vano yang berdiri tidak jauh dari mereka.

Laska yang awalnya diam kini mulai terpengaruh apalagi saat Rion mulai membawa-bawa masalah itu. 

"Kalah juga lo sama Mina yang notabene nya cewek?" Rion kembali mengejek. "Beneran cupu lo! Laska si cowok cupu cuma modal omongan doang."

Ucapan terakhir Rion membuat beberapa orang di sana tertawa. Menertawakan kecupuan Laska Darelio si pemilik mulut berbisa.

Tanpa aba-aba, Laska langsung merampas gelas yang dipegang Rion dan meneguk cairan pekat itu dalam satu kali tegukan.

Orang-orang di sana sontak bersorak seperti baru saja memenangkan lotre, begitu juga dengan Rion yang diam-diam menyeringai.

"LASKA?" Mina menggoyangkan lengan temannya itu dengan kasar. "Goblok lo! Di meja ini ada minuman lain terus kenapa lo malah ngambil minuman punya Rion?"

"Asal lo tau minuman yang barusan lo minum itu kadar alkoholnya tinggi, Las!" bisik Mina.

Laska mematung. Benar saja, tubuhnya terasa melayang dan perlahan rasa sakit mulai menyelimuti kepalanya. Tapi perasaan itu sangat lepas dan Laska menyukainya.

"Bawa Laska pergi, Ben!" Mina lantas berdiri dan menghiraukan seluruh tatapan orang-orang yang tertuju ke mejanya. "Gue mau nemuin Ezra dulu sekalian pamit."

Setelah Mina hilang di balik kerumunan, Beben lantas memapah Laska untuk keluar.

Sebelum mencapai pintu keluar, keduanya lantas dihadang oleh seseorang.

"Minggir, Den!" Beben menatap Ayden yang sengaja menghadang.

Ayden lantas melangkah dan menarik tubuh letoy Laska. "Biar gue yang bawa dia balik."

"Lo stay di sini aja sama Mina." Ayden menepuk pelan pundak Beben. Setelah mengucapkan itu, Ayden langsung keluar mengabaikan tatapan semua orang di sana.

++

"Ayden~"

"Lo ganteng banget sih~ gue ukein yok."

"Aydennn, gue pengen nusuk elo."

"Kenapa lo selalu nganggep gue asing selama ini, hah?"

"Bibir lo bagus eee t-tapi gue gak suka bekasan."

Ucapan ngelantur terakhir Laska itu membuat Ayden menoleh.

"Kenapa lo nyium Joe?! Kenapa nggak lo nyium gue aja."

Ayden menyeringai. "Jadi lo pengen gue cium?"

Laska mengangguk kemudian sontak menggeleng. "Itu dulu. Sekarang bibir lo bekas Joe dan gue gak suka barang bekas---mmh"

Laska menghentikan racauannya saat bibir Ayden membungkam bibirnya.

Dan setelah itu dia sadar. Tetapi entah apa yang ada di otaknya sehingga dia hanya bisa duduk terdiam saat bibir Ayden mulai melumat bibirnya.

Ciuman mereka berlangsung beberapa menit sebelum Laska menarik tubuhnya mundur dan membuat ciuman itu terlepas.

Keheningan mulai menyelimuti keduanya di dalam mobil.

"Lo udah sadar?"

Laska diam dan keterdiamannya itu membuat Ayden paham jika kesadaran lelaki di depannya sudah kembali.

"Lo cemburu ngeliat gue sama Joe?" tanya Ayden to the point.

Laska masih diam.

"Sorry to say, tapi kecemburuan lo sekarang ga ada artinya buat gue."

Dada Laska terasa berdenyut.

"Satu hal lagi, kalo lo mikir hubungan gue sama Joe sekarang itu hanya sebatas pengen manas-manasin lo doang, lo salah besar."

"Joe jauh lebih ngerti gue dan selalu ngasih respon setiap gue tanpa sadar curhat ke dia."

"Curhat?" respon Laska tanpa sadar.

Seringai di bibir Ayden semakin terlihat saat mendengar respon barusan. "Lo kira selama ini gue nggak sakit hati pas mulut bisa lo terus hina gue?!"

"Lo sendiri yang mancing buat gue ngehina elo!" Laska berujar dengan nada tak santai.

"Oh, ya?"

"Gue gak perduli. Mau lo pacaran sama siapapun gue sangat tidak perduli. Dan kata lo barusan yang bilang gue cemburu?" Laska terkekeh sinis. "Buat apa gue harus cemburu sama pasangan homo kayak lo? Menjijikkan!" umpat Laska tanpa sadar.

Sorot mata Ayden berubah tajam. Menjijikkan katanya?

"Bilang apa lo barusan?" Ayden mendesis.

Laska menelan ludahnya susah payah.

"BILANG APA?!" bentak Ayden lalu mencengkram dagu Laska.

"A-Ayden, g-gue nggak bermaksud buat ngomong itu." Laska berusaha menjelaskan dengan susah payah. Kedua matanya mulai memerah saat melihat betapa mengerikannya raut wajah Ayden sekarang.

Ayden yang selalu mengganggunya kini berubah sangat menyeramkan dan itu semua karena mulut berbisa Laska.

++




LASKEN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang