LASKEN : 20

35.8K 4.5K 679
                                    

BRAK!

Langit reflek memegang dadanya, lalu menoleh menatap sang adik yang memasuki rumah dengan aura-aura yang cukup membuat lelaki yang lebih tua bergidik.

Lelaki bermata boba itu melangkah menuju meja makan lalu menuang air dari teko ke dalam gelas dan meneguknya dengan cepat.

"Ngapain lo ngeliatin gue!?" Laska langsung menyemprot kakaknya dengan ngegas.

"Kenapa lo masuk rumah sambil marah-marah?" Langit balik bertanya.

"Bukan urusan lo."

"Anjing." Langit reflek mengumpat.

"Kagak kuliah?"

Langit kembali menatap adiknya dengan tatapan aneh. "Jadwal kuliah gue nanti jam dua."

"Mami ke mana?" tanya Laska lagi yang berusaha untuk menetralisir rasa amarahnya.

"Supermarket."

"Eh, btw lo belom jawab pertanyaan gue tadi! Kenapa lo marah? Berantem lagi sama tetangga depan rumah?" lanjut Langit bertanya. Apalagi saat melihat pipi kiri adiknya itu yang sedikit membiru. Pasti kena tonjok lagi nih orang, batinnya.

"Kepo banget sih lo." Laska kemudian berlalu menuju kamarnya.

"Jadi pihak bawah jangan terlalu tsundere, ntar kena karma mampus!"

Laska berdesis sebal. "Pihak bawah pihak bawah teros yang disalahin, emang lo kira dominan selalu benar!?" Laska menatap kakaknya tajam. "Gue sumpahin lo jadi uke, anjing!"

"SUMPAH SERAPAH LO GA BERGUNA-"

"HEH, MAMI TINGGAL SEBENTAR UDAH PADA TERIAK-TERIAK YA?!"

"Mami juga teria--"

"Berani kamu ngelawan mami?" Rashi beralih Menatap Langit dengan tajam.

Laska yang melihat itu reflek cekikikan lalu kembali melangkah menuju kamarnya untuk bersih-bersih.

++

Ayden sat!
Laskaaaaa

Laska membaca pesan itu kemudian meringis jijik. Alay sekali.

Laska.d
Typing lo jametnya kebangetan.

Ayden sat!
Tentang omongan Joe tadi tolong gausah lo pikirin.
Gue nggak sejahat itu, Las.

Laska.d
Hah? Lo ngetik 'gausah dipikirin? '
Heh bangsat, siapa juga yang lagi mikirin omongan pacar lo. Gausah sok iye deh.

Ayden sat!
Gue sama Joe udah putus

Hehehe. Bibir Laska tanpa sadar tersenyum, kemudian dia menepuk kepalanya sendiri. "Ngapain sih goblok!"

Laska.d
Lalu?

Ayden sat!
Las, gue masih suka sama elo

Laska.d
Enteng banget jari lo ngetiknya. Lo lupa apa yang udh lo lakuin ke gue? Lalu dengan santainya lo confess perasaan lo lagi. Gaguna anjing asli basi banget.

Laska langsung mematikan data selulernya dan melempar ponselnya di kasur. "Makin ke sini kenapa si Ayden malah makin brengsek sih," maki Laska. Pikirannya kini melayang dan terhenti pada satu titik. Kedua pipi Laska tiba-tiba merona saat dirinya ingat sesuatu. Ciuman itu?

Ayden yang menciumnya sebelum insiden pemukulan. Otak Laska sebelumnya selalu memproses kejadian saat dia dipukul dan mengabaikan kejadian sebelum dia dipukul, terutama saat dia dicium oleh Ayden. Memikirkan hal itu entah kenapa membuat suhu tubuh Laska meningkat pesat. Keringat mulai bermunculan di keningnya. Dia menyadari satu hal, kemudian dirinya menunduk.

"Bangsat!"

++

"Lo lo pada lagi nyembunyiin sesuatu dari gue?"

Beben dan Mina bertatapan sebentar lalu menggeleng.

"Gausah bohong! Gue kagak segoblok yang lo pada kira. Selama ini gue diem bukan berarti gue kagak sadar."

Mina lantas tertawa canggung. "Lo ngomong apaan sih? Sadar apaan? Orang gue sama Beben nggak lagi nyembunyiin apa-apa."

"Terus ae kayak gitu! Lanjut dramanya. Anggep aja gue orang dungu yang ga paham apa-apa." Laska mengambil piringnya dan memilih berpindah ke meja lain yang kebetulan tengah kosong.

Setelah Laska pindah, Beben langsung menarik Mina ke tempat yang lebih sepi. Dia akan memaksa Mina jika itu diperlukan. "Jujur sama Laska!" paksa Beben yang langsung dibalas gelengan oleh Mina. "Lo goblok banget sih Mina! Mau sampe kapan lo diem kayak gini!?"

Mina mendongak menatap Beben. "Terus gue harus gimana? Apa yang kudu gue omongin ke Laska!? Setiap hari lo selalu maksa gue suruh ngaku, ngaku dan ngaku. Emang lo pikir dengan gue ngaku, masalah yang sekarang gue hadepin bakal selesai gitu?!" Mina mengeluarkan unek-uneknya dengan suara yang sengaja ia pelankan.

"Gue tau Mina dan gue paham apa yang lo rasain sekarang. Tapi dengan cara lo diem kayak gini terus kabur itu sama sekali nggak bisa nyelesain masalah, kesannya lo malah jadi pengecut!" Beben berusaha memberi pengertian ke sahabat perempuannya itu. Cukup hubungan pertemanan mereka dengan Joe saja yang rusak, tapi untuk Laska? Tidak.

"Gue harus gimana?" Mina berujar tanpa sadar. Air matanya kini meluruh. Dia merasa sangat-sangat takut sekaran.

"Confess ke Laska."

"Gue nggak berani!"

"Lo harus berani!"

Mina menggeleng.

"Mina?!"

"Bajingan lo Ben! Kenapa lo selalu maksa gue terus, hah?! Lo kira gue ngga tertekan sama semua ini?" racau Mina sambil bersandar di dinding. "Mikir Ben! Gimana reaksinya Laska pas tau kalo gue dihamili sama kakaknya." Tangis Mina pecah saat itu juga.

Perempuan itu berpikir, kenapa hidupnya bisa serumit ini. Dari dirinya yang diam-diam menyukai Joe hingga menyerahkan harga dirinya untuk Langit, kakak sahabatnya sendiri, hingga dia berbadan dua seperti sekarang. Untuk kehamilannya itu hanya dirinya dan Beben yang tau.

Dan bagaimana bisa Beben tau? Karena lelaki itu memergokinya sedang membeli testpack di sebuah apotek. Hal itu mau tak mau harus membuat Mina mengakui semuanya ke Beben.

Kejadian itu bermula saat Mina tau jika Joe dan Ayden resmi memiliki hubungan. Dengan rasa sakit yang meremat dadanya, perempuan itu nekat datang ke club sendirian. Entah gelas ke berapa yang ia minum hingga seorang lelaki tiba-tiba menarik tangannya dan membawanya pergi ke penginapan yang tidak jauh dari club tersebut. Perasaan kecewa disertai rasa mabuk sudah menguasai diri Mina hingga membuatnya membiarkan lelaki di atasnya menyentuh tubuhnya asal.

Hingga saat pagi tiba, Mina tidak bisa menyembunyikan rasa keterkejutannya saat melihat kakak dari salah satu sahabatnya itu sedang tertidur lelap di sampingnya tanpa memakai sehelai benang pun, sama seperti dirinya.

Sejak saat itu Mina berusaha melupakan kejadian itu hingga malang tak dapat ditolak, beberapa minggu setelahnya dia mengandung.

Dan tanpa mereka sadari, sesosok manusia yang sedari tadi menguping pembicaraan mereka kini menyunggingkan senyum licik. Sesosok itu kemudian mengakhiri rekaman di layar ponselnya dan sorot matanya berubah berbinar. Jackpot!

++






LASKEN [✓]Where stories live. Discover now