LASKEN : 33

32.8K 4.4K 106
                                    


Terima kasih untuk 3k+ pembaca ^ω^

Stay healthy everyone ♡

Hari yang ditunggu akhirnya tiba. Tepat hari ini adalah hari kelulusan mereka. Halaman sekolah itu sangat penuh karena menjadi tempat parkir mobil para orang tua murid yang lulus hari ini.

Dari lantai dua, Laska menatap ke bawah melihat jika ini adalah hari terakhirnya dia berada di sekolah itu. Bibirnya tersenyum saat ingatan demi ingatan menyeruak di kepalanya.

"Laska, foto kuy bareng mami, papi sama abang lo." Entah sejak kapan Mina berada di sebelahnya. Perempuan berperut buncit itu menatapnya antusias yang mau tak mau membuat Laska mengangguk. Saat dia berbalik di depan sana terlihat papinya sedang mengobrol dengan beberapa orang guru, begitupun dengan maminya yang juga sedang mengobrol sesuatu dengan tante Amara.

Langit kemudian menyerahkan kamera yang dipegangnya ke Ayden. Ayden yang mengerti pun lantas mengambil kamera itu.

Setelah selesai, Mina langsung mengambil kamera di tangan Ayden dan melihat hasilnya. Bibir yang dipoles lipstik bewarna peach itu lantas menyunggingkan sebuah senyum saat melihat hasil foto.

Perfect.

Begitupun dengan Laska yang mengintip pun ikut tersenyum. Lelaki itu menatap Ayden seolah berkata terima kasih.

"Om, tante saya izin mau ngobrol sama Laska sebentar." Ayden berkata tanpa rasa takut, berbeda dengan hati Laska yang mulai dugun-dugun tak karuan.

Marco langsung mengangguk tanpa berpikir dan membuat Ayden tersenyum senang, lalu lelaki itu menarik tangan Laska agar mengikutinya.

"Mau ke mana?" tanya Laska penasaran di sela langkah kakinya.

Ayden tidak menjawab sama sekali. Lelaki itu masih terus melangkah hingga berhenti di area taman belakang yang sangat sepi.

Bayangan tentang kejadian Lian kembali bermunculan di kepalanya. Tetapi Laska tidak perduli. "Kalo Ayden mah beda cerita. Malah kalo dia kayak gitu, dengan senang hati gue serahin semua yang gue punya termasuk diri gue sendiri," batin jalang Laska berteriak.

Ah, ngomong-ngomong tentang Lian? Lelaki sialan itu keesokan harinya; setelah kejadian di gudang, langsung dipindahkan oleh orang tuanya ke luar kota dan Laska tidak tau lagi apa yang terjadi setelahnya.

"Gausah mikir aneh-aneh!" Ayden menoyor jidat Laska dengan telunjuknya saat melihat wajah lelaki itu memerah sambil senyam-senyum tidak jelas.

"Lagian ngapain sih lo bawa gue ke sini?"

Ayden tersenyum lalu membawa Laska untuk duduk di salah satu bangku. "Buat nikmatin hari terakhir kita di sini. Lo tau sendiri kan, setelah dua belas tahun selalu bangun pagi, pake seragam putih, pake sepatu dan akhirnya kebiasaan itu kayaknya udah nggak akan berlaku lagi mulai besok." Ayden menjelaskan.

Ah benar juga. Memikirkan itu membuat Laska tiba-tiba merasa aneh.

"Tapi kan habis ini kita bakal kuliah dan kebiasaan itu masih berlaku kok."

"Beda. Vibes nya bakal kerasa beda."

Laska tidak menjawab. Jujur dia juga tidak tau ingin menjawab apa.

Tubuhnya sontak menegang saat tangan Ayden mendorong kepalanya agar bersandar di bahu sang dominan. Laska tentu saja tidak menolak.

"Lo siap nikah muda?"

Gerakan tangan Laska terhenti. Apa-apaan?

"Gimana-gimana? Lo tadi ngomong apa? Sori gue salah denger."

"Lo dengernya apa?" Ayden balik bertanya.

"Nikah muda," jawab Laska.

"Lo ngga salah denger." Ayden kemudian menunduk menatap wajah Laska. "Lo siap jadi istri gue setelah ini?"

Napas Laska tercekat. Dia langsung menjauhkan tubuhnya dari Ayden, kemudian menatap lelaki didepannya lekat.

"Gue serius." Ayden kembali berkata saat Laska ingin membuka mulutnya.

"Apasih! Lulus sekolah aja baru dan dengan santainya lo ngajak gue nikah?" Laska bertanya. "Emang kalo beneran nikah, lo mau kasih gue makan apa?"

Terdengar cukup tudep memang. Tapi Laska tidak perduli. Mau Ayden sedang bercanda juga tetapi baginya percakapan seperti ini tidak untuk main-main. Baginya kata pernikahan itu sangat sakral apalagi untuk keduanya yang memang berbeda.

"Bukannya lo juga mau kuliah ke luar negeri? Terus LDR an gitu? Asli ogah gue." Laska mendengus. "Banyak pasangan yang pisah cuma gegara LDR dan lo ngga takut gitu?"

"Takut kenapa?" Ayden bertanya sambil intens menatap wajah submissive nya.

"Ya takut kalo kita kayak mereka."

Ayden mantap menggeleng."Mereka pisah emang karena kemauan mereka sendiri. Mereka ngga bisa untuk terlalu berkomitmen dan akhirnya milih pisah dengan alasan LDR," jawab Ayden sembari mengelus rambut Laska yang terasa sangat lembut.

"Oke, anggep aja gue setuju sama omongan lo barusan. Tapi untuk nikah tadi..."

"Lo ikut gue ke Massachusetts. Kita berdua tinggal di sana setelah nikah."

Laska benar-benar sudah tak habis pikir dengan pikiran Ayden itu. Pernikahan itu bukan hanya menyambungkan dua orang melainkan dua keluarga besar. Pernikahan juga butuh restu dan jika salah satu orang di keluarganya tidak memberi restu maka Laska tidak bisa langsung menikah. Bagi keluarga lelaki itu restu keluarga saat pernikahan adalah sesuatu yang sangat penting.

"Kalo mikir perihal restu? Lo gausah khawatir karena nyokap bokap sama kakak lo termasuk Mina udah setuju."

HAH?

++

LASKEN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang