LASKEN : 8

35.3K 5.2K 328
                                    

"Tante."

"Permisi..."

Laska mengucek matanya perlahan saat tidurnya terganggu. Dia melirik ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul empat sore.

"IYA." Laska berteriak saat pintu rumahnya diketuk tanpa henti.

Tanpa mencuci muka, dia bangkit dari sofa dan berjalan untuk melihat siapa yang datang.

Laska menatap Ayden canggung.

Iya, orang yang mengetuk pintu rumahnya itu Ayden.

"Ken--"

"Bolu dari nyokap gue," potong Ayden sambil menyerahkan sesuatu di tangannya ke Laska.

"Oh.. makasih."

Tanpa banyak bicara, setelah menyerahkan titipan dari mamanya, Ayden langsung berbalik pergi begitu saja. Bahkan ucapan terima kasih dari Laska pun tidak dijawab oleh lelaki itu.

"Siapa sih?" Langit keluar rumah sambil menggosok rambutnya dengan handuk. Dia baru selesai mandi.

"Ayden," jawab Laska singkat. Saat ini mood nya tiba-tiba anjlok begitu saja.

"Itu di tangan lo apaan?"

Laska melirik sinis ke arah kakaknya. "Lo ga liat kue segede ini?"

"Keliat."

"Terus ngapain masih nanya?" Laska langsung masuk ke dalam rumah setelah sebelumnya memberikan kue itu kepada Langit.

"Kenapa dah tu anak." Langit menatap kepergian Laska dengan bingung.

Sedangkan di dalam rumah, Laska berjalan sambil sesekali menghentak-hentakkan kakinya. Dia tidak tahu dan tidak paham akan kenapa dirinya merasa kesal saat ini.

"Anjing banget ni tas." Di dalam kamar, Laska reflek menendang tas tak berdosa itu. "Orang bego siapa sih yang naruh tas di lantai. Dasar goblok!"

Padahal orang bego plus goblok itu adalah dirinya sendiri.

Beben bento.
Lo udah tau kabar heboh belom?

Laska berdecak saat musuh menembaknya bertepatan dengan pesan dari Beben itu muncul di ponselnya.

Laska.d
Heboh paan?
Kayak cewek aja lu hobi nyari-nyari kabar heboh.

Beben bento.
Joe dah sold out.

Laska.d
Sold out mata lo. Dikira Joe barang jualan

Beben bento.
Anjir lu mah. Serius gue.
Eh, btw Mina nggak ngasih tau lo?

Laska.d
Ngasih tau apaan sih?
Lo tuh sebenernya ngetik paan? Aseli gue ga paham.
Joe? Sold out? Mina? Kabar?

Beben bento.
Tumben si Mina diem-diem bae.
Biasanya kalo ada pasangan homo kencan di sekitar dia auto heboh tuh cewek.

Laska.d
Aelah.. Gue kira apaan. Cuma masalah homoan lagi?

Beben bento.
Ini lebih dr sekedar masalah, Laska.
Lo tau ga sih siapa yang kali ini bener homoan?
Ayden sama Joe, anjing! Joe temen lo sama Ayden, orang yang pernah ngejar-ngejar elo!
Mereka PACARAN!

WHAT THE FUCK!

++

"Beli sate sono ke depan."

"G."

"Gue yang bayar."

"G."

"Gue lebihin deh uangnya. Sisa kembalian ambil aja."

"Moh."

Langit menatap adiknya yang terlihat pundung sedang meringkuk di atas sofa. "Lo kenapa sih?" tanya Langit penasaran. Karena tidak biasanya adiknya seperti itu. Belum lagi ponsel Laska yang sedari tadi berdering tanpa henti.

"Gpp."

"Angkat dulu tuh telponnya. Berisik tau gak?!"

Laska meraih ponsel itu dan langsung menonaktifkannya.

Setelahnya keheningan mulai menyelimuti kakak beradik itu dan hanya terdengar suara iklan dari TV yang Langit tonton.

"Pasti karna Ayden?" tebak Langit yang sepertinya tepat sasaran. "Lo homo kan?"

Detik itu pula sebuah bantal melayang mengenai wajah Langit.

"Congor lo!" Laska menatap kakaknya tajam. "Gue cowok normal, no homo homo kleb."

Bantal yang tadi mengenai wajahnya kemudian ia lempar kembali ke arah adiknya. "Halah bercongor dua lo. Dikira selama ini gue ga tau apa, lo diem-diem suka keluar rumah tiap pagi cuma karna pengen BUANG SAMPAH, padahal mah alesan utamanya pengen liat Ayden olahraga."

"Mangkanya kalo suka jangan terlalu jual mahal kek. Pas udah nggak dianggep, sakit kan?!"

"GAK TAU GUE GAK DENGER!"

++

"Bang, pesen sate kayak biasa."

Di sinilah Laska berada. Setelah berdebat panjang dengan kakaknya, lelaki itu terpaksa mengiyakan suruhan Langit. Daripada harus mendengar ejekan dari mulut kakaknya, lebih baik dia pergi sekalian makan angin; pikirnya.

"Besok si Kimmy pasti berisik banget." Laska bergumam. "Tapi bodo amatlah daripada gue buka hp terus pundung lagi," lanjutnya sambil memainkan tali hoodie nya.

Saat pesanannya sudah selesai, Laska kemudian membayar dan berjalan kembali ke rumah.

Setibanya Laska di rumah bersamaan dengan bunyi motor Ayden yang memasuki halaman rumah lelaki itu, kebetulan rumah mereka berdua berhadapan. Dengan reflek, Laska menoleh ke belakang dan badannya mematung melihat pemandangan di depannya.

Lelaki itu langsung memutar tubuhnya dan tergesa-gesa memasuki rumah. Sesampainya di ruang tamu, dia langsung menjatuhkan plastik berisi sate itu ke meja dan berlari menuju kamar.

Perasaannya berubah kacau.

Dan semua itu karena Ayden.

++


LASKEN [✓]Where stories live. Discover now