LASKEN : 24

31.9K 4.6K 64
                                    

"Kenapa sih motornya?" Mina akhirnya buka suara saat lima menit berlalu dan Laska masih berusaha menghidupkan motornya.

"Gatau." Laska kemudian menyerah. Manik matanya beralih menatap sang kakak yang baru saja keluar rumah. "Kak, gue sama bini lo nebeng ya."

Langit sontak mendelik. Pria itu lantas mengangkat kunci di tangannya. "Gue bawa motor dan ga mungkin buat bonceng tiga," jelas Langit.

"Terus gimana dong?"

Mina kemudian berdehem. "Gimana kalo lo nebeng ke Ayden?"

"Apa-apaan! Ogah banget gue mah," tolak Laska.

"Ya terus lo mau gimana?" Mina melirik jam tangannya. "Sepuluh menit lagi loh bel masuk."

"Kalo gue bareng Ayden terus lo gimana?"

"Ya gue bareng laki gue lah." Mina menunjuk ke arah Langit yang sejak tadi diam menonton perdebatan antara adik dan istrinya.

Kemudian terdengar suara motor yang dapat Mina tebak itu pasti motor Ayden. Perempuan itu langsung mendorong tubuh adik iparnya. "Buruan sana! Keburu Ayden berangkat."

"Nurut aja udah!" Langit angkat bicara. "Sana nebeng ke Ayden. Dulu juga si Ayden kan sering nebeng ke elo dan sekarang gantian. Sana!"

Laska yang tidak punya pilihan lain terpaksa berbalik dan melangkah keluar gerbang. Sesampainya di luar tampak si Ayden sedang mengetik sesuatu di ponselnya sesaat sebelum lelaki itu mendongak menatap Laska yang sedang berjalan ke arahnya. Melihat Laska, Ayden langsung memasukkan ponselnya ke dalam saku baju batiknya. "Kenapa?" tanya Ayden dengan lembut.

Laska tanpa sadar mencebikkan bibirnya. Sungguh! Dirinya masih cukup kesal dengan Mina dan kakaknya itu. "Ikut!"

"Motor lo ke mana?"

"Gatau deh mogok! Minta ganti baru." Tanpa menunggu persetujuan, Laska langsung duduk di motor Ayden.

"Gue belum mengiyakan padahal."

Laska mendengus sebal. "Jadi lo gamau gue tebengin?" Nada suara Laska berubah kesal. Saat dia ingin berdiri, tangannya langsung ditahan oleh Ayden. Badan Laska menegang. Apalagi saat indra penciumannya menangkap bagaimana maskulinnya aroma lelaki di depannya.

"Bercanda." Ayden tersenyum sambil melirik Laska dari samping.

Sepertinya menggoda Laska merupakan hal favorit bagi Ayden hingga saat ini.

"Kenapa lo senyam-senyum daritadi?" Laska melirik sinis Mina sejak memasuki kelas dengan diekori Ayden di belakangnya.

Setelah duduk di bangkunya, Laska mulai mengeluarkan peralatan tulisnya. Sebenarnya semua itu sengaja dilakukannya semata-mata untuk menutupi rasa gugupnya karena Ayden tengah berdiri di samping mejanya sambil menatap intens ke arahnya. Mungkin jika dulu, Laska pasti tidak akan suka berbeda dengan sekarang.

"Merah."

Dahi Laska mengernyit bingung. "Hah?"

"Muka lo merah." Wajah Ayden kemudian mendekat. "Lucu." Setelah mengucapkan itu, Ayden langsung kembali ke bangkunya sambil tersenyum penuh ejekan saat menangkap warna merah yang kini mulai memenuhi wajah Laska.

++

LASKEN [✓]Where stories live. Discover now