LASKEN : 34

30.9K 4.3K 71
                                    

 
OMG! MAKASIH UNTUK 7k+ PEMBACA ^ω^

   Laska memarkirkan motornya dengan pikiran yang terbang kemana-mana. Bahkan saking linglung nya, setelah turun dari motor bukannya langsung masuk ke rumah, lelaki itu malah duduk jongkok di samping motor sambil memandang rumput jepang di halaman rumahnya.

Menikah? Setiap orang pasti ingin menikah dengan konsep impian masing-masing. Begitu juga dengan Laska. Dulu, saat dia masih lurus, impian pernikahannya cukup simple, hanya di tengah hutan pinus dengan disaksikan orang-orang terdekatnya bersama perempuan yang akan menjadi jodoh dunia dan akhiratnya. Tetapi sekarang....

"Heh lo ngapain jongkok kayak orang gaguna gitu?"

Suara cempreng Mina menggema saat melihat kelakuan iparnya yang mirip seperti 'orang yang tidak pernah diharapkan ada di dunia ini' .

Laska mendongak menatap Mina kemudian beralih menatap papi, mami dan juga kakaknya yang baru keluar dari mobil.

"Laska diajak nikah." Lelaki itu berkata begitu saja. Sebenarnya dia hanya mengetes, jika keluarganya terkejut artinya ucapan terakhir Ayden tadi omong kosong belaka tetapi jika mereka tidak terkejut berarti....

"Ohh.."

Langit hanya ber oh ria menanggapi pernyataan adiknya. Begitu juga raut wajah yang ditampilkan oleh sepasang suami istri itu terlihat tidak terkejut sama sekali.

"Masuk yuk! Kita bahas ini di dalem," ujar Rashi lalu menarik tubuh anak bungsunya agar berdiri.

"Laska masih bocah mi begitu juga sama Ayden. Emang mami ngga khawatir sama masa depan kami berdua terutama masa depan Laska?" Laska menatap satu persatu anggota keluarganya dengan tatapan tidak percaya.

"Sayang tolong dengerin mami dulu..."

"Kamu ngga mau nikah sama Ayden?" Papinya angkat bicara.

Laska berdehem sebentar sebelum menjawab. "Bohong kalo Laska bilang ngga mau nikah sama dia. Tapi papi, umur Laska bahkan belum genap dua puluh tahun."

"Dulu umur mami kamu masih enam belas tahun pas nikah sama papi." 

Rashi sontak menyenggol lengan suaminya.

"Nak, dewasanya seseorang itu ngga tergantung dari umur, coba liat di luar sana banyak orang-orang yang udah berumur tapi pikiran dan kelakuannya tidak mencerminkan dewasa sama sekali." Rashi kembali angkat bicara.

"Yaudah gini, anggep aja Laska emang udah dewasa tapi Ayden? Emang apa sih yang buat mami papi sama kakak sebegitu percayanya sama Ayden? Bahkan untuk nikah diumur semuda ini bakal dikasih makan apa Laska nanti? Ngga mungkin kan kalo misal laper kami berdua pulang ke rumah masing-masing."

Langit dan Mina sontak terbahak saat mendengar ucapan terakhir Laska. Rashi pun ikut tertawa kecil karena bagaimanapun wanita itu harus menjaga image nya di depan anak-anaknya, sedangkan Marco? Pria itu terlihat jelas sedang menahan tawa.

"Udah kak!" Rashi menepuk pelan lengan anak sulungnya.

"Tadi Ayden juga bilang kalo kami bakal pindah ke Massachusetts. Emang mami rela kalo Laska pergi jauh dari di sini?"

Rashi mengangguk tanpa ragu. "Kenapa mami ngga rela kalo anak bungsu mami berada di tangan yang tepat. Iya ngga pi?"

Marco mengangguk.

"Ayden punya bisnis di sana."

"LANGIIIIT!" Marco, Rashi dan Mina menatap tajam ke arah lelaki yang duduk di ujung sofa.

"Bisnis?" beo Laska tidak mengerti.

Rashi dan suaminya berpandangan sejenak sebelum menjawab.

"Nanti Ayden bakal jelasin semuanya ke kamu."

"Jelasin apa lagi?" Laska berdecak kesal. "Jadi kalian semua udah tau tentang seluk beluk Ayden? Kenapa Laska ngerasa jadi paling goblok sih di sini?"

"Laska mulutnya!" tegur Marco.

Lelaki itu langsung melangkah pergi keluar untuk menemui Ayden.

Lelaki itu bilang jika dia ingin menikahi dirinya kan?

Jadi sebagai calon istri, Laska harus mengetahui semua hal yang ada pada calon suaminya tentang apapun itu.

++

LASKEN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang