LASKEN : 13

35.5K 5K 242
                                    

"Gak perlu, om. Laska nggak mau memperpanjang masalah ini lagi toh di sini Laska juga salah. Laska yang mancing dan Ayden yang kepancing."

Orang-orang di sana bersamaan menatap ke arah Laska yang sedang duduk di sofa.

"Kamu yakin mau maafin Ayden?" tanya papa Ayden.

Laska mengangguk.

"Udah, ya. Laska izin ke kamar dulu mau istirahat." Setelah mengucapkan itu Laska langsung melangkah menuju kamarnya, meninggalkan ruang tamu yang masih diselimuti ketegangan.

Laska sudah tidak perduli. Bohong jika dirinya tidak merasakan sakit.

++

Satu minggu sudah berlalu. Bertepatan dengan Laska yang hari ini mulai bersekolah lagi.

"Emang kamu kuat nyetir?"

"Iya, mami."

"Tapi mami khawatir loh. Kamu bareng kak Langit aja, ya? Nanti pas pulang biar mami jemput."

Lelaki itu menggeleng. "Gak mau. Laska kan udah gede, malu dong kalo masih dianter jemput."

Rashi akhirnya mengalah. "Yaudah deh."

Laska melanjutkan sarapannya kembali.

"Dasiku kemaren kamu taruh mana?" Papa Laska terlihat berjalan terburu-buru menuju istrinya yang sedang mengambil sendok di dapur.

"Di dalem lemari biasa."

Laska menghiraukan keributan yang diciptakan papanya itu. Dia juga heran padahal dasi papanya itu sangat banyak.

"Pagi mami, papi." Langit tiba-tiba muncul begitu saja.

"Loh, itu bukannya dasi papi?" Laska menunjuk sesuatu yang dipegang Langit.

"Hehe.. Langit izin pinjem ya, pi. Soalnya hari ini ada seminar dan untuk yang cowok disuruh pake dasi abu-abu."

Rashi mendengus kesal. Wanita itu memilih untuk kembali melanjutkan pekerjaannya.

Pria itu menatap putra sulungnya datar dan dibalas cengengesan oleh Langit.

Laska yang sudah selesai lantas bangkit. "Laska berangkat dulu." Lelaki itu menyalimi tangan kakak, papi dan maminya.

"Eh, muka lo gimana? Masih sakit kah?"

Laska menggeleng. "Aman. Cuma kadang kerasa nyeri kalo memarnya sengaja diteken."

Laska langsung keluar untuk memanasi motornya terlebih dahulu.

Setelah dirasa cukup, Laska kemudian menaiki motor itu dan melajukannya sambil berteriak pamit seperti biasa.

++

Motor Laska memasuki parkiran sekolah bersamaan dengan tatapan murid lain yang menuju ke arahnya.

Setelah melepas helm nya, Laska kemudian berkaca dan merapikan letak maskernya.

Luka di dekat sudut bibirnya memang masih terasa perih, apalagi saat terkena angin. Oleh karena itu dia memutuskan untuk memakai masker guna meminimalisir rasa perih.

LASKEN [✓]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora