20| I'm (not) Fine

487 54 18
                                    

1 bulan berlalu, kondisi Bona bisa dibilang sedikit membaik. Salah satu Dokter telah menyarankan untuk melakukan penginapan selama 1 bulan penuh, saran itu diajukan agar para Dokter bisa memantau kondisi Bona secara teratur dan mendalam. Tapi Bona menolaknya, bahkan Eunseo sempat membentaknya, namun tetap saja tidak ada yang bisa menggoyahkan pendirian dari seorang wanita bernama Kim Bona.

“Bona, bagaimana dengan kondisimu? Apakah kamu merasakan sesuatu?” tanya Eunseo seraya duduk disamping ranjang tempat tidur.

Bona tersenyum sekilas, “aku baik-baik saja, Juyeon. Tidak perlu terlalu mengkhawatirkanku.”

“Bagaimana bisa aku tidak khawatir, berat badanmu turun drastic dan lihatlah. Wajahmu pun sedikit pucat.” oceh Eunseo, lalu dia segera mengambil salad buah yang berada meja dekatnya.

“Buka mulutmu, dan makanlah ini.” Eunseo menyuruh, dan Bona pun menurutinya.

Dengan kondisi yang seperti itu, Eunseo tidak tega membiarkan istrinya berada di rumah sendirian. Jika saja Bona tidak keras kepala, mungkin Eunseo bisa langsung mengambil waktu luang yang hanya dia gunakan untuk menjaga sang istri.

“Aku sudah bilang, aku baik-baik saja. Lebih baik kamu pergi ke kantor, pasti ada pekerjaan yang membutuhkan kehadiranmmu.” ucap Bona sesaat tiga suapan salad buah sudah dimasuk ke dalam mulut nan perutnya.

“Bona, jika aku pergi maka siapa yang akan menjagamu dan juga Yeoreum? Para sahabat kita sudah pada pulang. Dan disini kita tidak mempunyai kerabat.”

Bona terdiam, apa yang dikatakan oleh suaminya itu memang benar. Bona juga merasa ragu atas penjagaannya kepada putrinya, dikondisi yang masih belum fit akankah dia bisa menjaganya? Mungkin iya, mungkin juga tidak.

Eunseo tidak ingin mengambil resiko, selama keadaan Bona belum 100% membaik maka dia akan tetap berada di rumah. Lalu bagaimana dengan pekerjaan dan hal lainnya di kantor? Oh, yang jelas semua yang berkaitan dengan bisnis, sepenuhnya dia serahkan kepada sang sekretaris.

“Sudahlah, mau berdebat sampai mulut berbusa pun, kamu pasti tidak akan mengalah.”

“Sayang, ini juga demi kebaikanmu.”

Dan perdebatan kecil itu pun dimulai kembali, akibatnya putri mereka yang tadi tengah tertidur pulas kini terbangun. Disinilah tugas Eunseo, dia harus bisa menenangkannya. Jika dia tidak berhasil maka sang Ibu-lah yang turun tangan.

“Berikan kepadaku, mungkin Yeoreum merasa haus.” ucap Bona seraya kedua tangannya telah diulurkan.

Secara perlahan Eunseo menyerahkannya, dan baru beberapa detik berada digenggaman Bona, baby-Yeoreum seketika diam. Secara bersamaan pula, Eunseo tiba-tiba memikirkan apa yang terjadi jika istrinya itu benar-benar pergi darinya dan juga putrinya.

“Kumohon, Bona. Berjuang dan bertahanlah. Aku tidak akan berhenti mencari solusi untuk masalah ini.” gerutu Eunseo bertekad.

Eunseo hendak keluar dari kamar, tapi pernyataan dari istrinya membuatnya berhenti sekaligus terheran-heran.

“Apa maksudmu? Kamu ingin adikmu memberitahukan keberadaan kita kepada kedua orang tuamu?! Bona, jika kamu melakukannya itu sama saja kamu menghancurkan keluarga kecil kita.” Eunseo menyerocos tidak terima.

“Kamu juga dengar sendiri, bukan? Yohan bilang kalau Papah dan Mamahku akan menerima hubungan kita, jika-”

“Jika kita menyetujui kesepatakan bodoh itu?! Kesepakatan bahwa kamu akan selamanya dihapus dari daftar keluargamu? Bona, apa kamu semudah itu untuk percaya? Bagaimana jika Papah dan Mamahmu hanya ingin mempermainkanmu saja?”

Sejujurnya, Bona sama sekali tidak menyetujui apa yang dikatakan oleh adiknya. Tapi karena ada sebuah fakta mengejutkan membuat dirinya merasa harus melepaskan keluarga yang sudah membesarkan dan merawatnya dari kecil.

To Be Honest [EUNBO] Where stories live. Discover now