15| Hard Decision

652 71 23
                                    

“Tidak, Bona. Ini bukanlah pilihan. Aku tidak akan menerima keputusanmu.” tolak Eunseo saat dia dan juga Bona baru saja keluar dari ruang pemeriksaan kandungan.

“Kamu sudah mendengar pernyataan Dokter. Dan memang hanya itu pilihannya.” Bona angkat bicara saat kekasihnya itu terus-menerus menolak kenyataan pahit ini.

Mobil mewah Eunseo sudah ditarik oleh Ayahnya, dan kini hanya ada mobil miliknya sendiri, mobil yang dibeli dari hasil tabungan yang dia kumpulkan. Mercedes Benz E-Class, terlihat tidak begitu mewah, tapi mobil ini akan mempermudahnya.

Saat mobilnya berhenti di lampu merah, Bona menuturkan bahwa dia ingin bertemu dengan para sahabatnya.
Sebenarnya, Eunseo sedikit keberatan mengingat kondisi kandungan Bona yang sangat rentan. Namun melihat tatapan kekasihnya yang begitu merindukan momen bahagia bersama teman-temannya, Eunseo pun terpaksa mengiyakannya dan tentunya tetap dalam dampingannya.

Eunseo tiba-tiba ada ide untuk mengumpulkan para sahabatnya dan juga sahabat Bona di suatu restaurant, dan pertemuan itu sekaligus menjadi momen dimana para sahabatnya akan mendengarkan kisah cinta mereka yang semakin gila.

Eunseo dan Bona langsung pergi ke restaurant untuk melakukah reservasi, dan tepat pukul 2 siang, para sahabatnya mulai berdatangan. Saat semuanya sudah berkumpul, salah satu sahabatnya Eunseo menyerocos meminta penjelasan kemana saja dia berlibur dengan Bona.

Eunseo pun menjelaskan, dia juga memberitahu mereka perihal program yang dijalankan keduanya. Tentu saja in the gang 4Kim dan EUNYOSI sangat terkejut mendengar pernyataan dari Eunseo dan Bona, diselangi rasa kejutnya, beberapa diantara mereka masih enggan untuk mempercayainya. Bona mengeluarkan pamungkasnya, dia memberikan surat keterangan . Dokter. Dan ya, sekali lagi mereka dihadapi keterkejutan yang luar biasa.

Di sisi lain, Siyeon yang sudah berhubungan dengan Sua seakan tertarik dengan benda yang beli Eunseo di Swedia.

“Bisakah kamu memberitahuku berapa harga benda yang kamu beli itu?” bisik Siyeon.

Eunseo menoleh seraya menyeringai, “apa kamu yakin akan membelinya? Aku sendiri memberikan uang 300 juta. Tapi entahlah, mungkin saja sekarang bisa lebih mahal dari itu.”

Mendengar pernyataannya, tatapan Siyeon menciut, seakan jumlah nonimal uang yang dikatakan Eunseo terdengar mahal walaupun dia sendiri bisa saja membelinya. Tapi setelah mendengar cerita Eunseo dan Bona mengenai keputusannya untuk meninggakan keluarganya, keinginan Siyeon untuk memiliki benda itu mulai memudar.

“Haha, sudah kuduga kalau kamu tidak akan mungkin membelinya. Jangan berkecil hati, setidaknya kamu bisa menjalani hubunganmu dengan baik, tanpa harus adanya halangan.”

Ucapan Eunseo benar, tapi beberapa dalam diri Siyeon menolaknya. Bona sudah memutuskan akan meninggalkan kota Seoul dan akan menetap di kota kelahirannya, Daegu. Apakah kalian akan berpikir Bona akan kembali ke tempat tinggalnya saat dulu? Tidak. Bona tidak akan sanggup untuk kembali ke rumah yang dulu membuatnya trauma. Bona sepakat untuk membeli rumah yang jaraknya sangat jauh dari rumah semasa kecilnya.

“Lebih baik kita pergi ke kota lain saja. Aku tidak ingin membuatmu kembali merasa trauma.” cela Eunseo saat Bona hendak berbicara.

Bona menggeleng pelan, “tidak. Walaupun begitu, aku ingin memanfaatkan sisa waktuku untuk tinggal disana.”

Para sahabatnya tiba-tiba kebingungan mendengar pernyataan Bona, tepatnya pada kalimat ‘sisa waktuku’. Mereka saling menoleh, seakan mencoba mencari jawaban. Bona tahu kalau mereka pasti tengah menunggu penjelasan. Dan secara perlahan, Bona kembali bercerita namun kali ini berkonteks pada penyakit yang dideritanya.

To Be Honest [EUNBO] Where stories live. Discover now