"Gimana kondisi lo?"

"Baik."

"Luka lo gimana? Udah mendingan?"

"Udah."

Dan masih banyak lagi pertanyaan lain yang tertuju kepadanya dan dijawab sekenanya oleh Laska.

Saat memasuki kelas, kelas yang tadinya ramai seketika berubah hening. Termasuk Ayden yang sedang berbicara dengan Joe langsung menatap ke arah pintu.

Laska berhenti sebentar dan melihat jika tempat duduknya sudah diisi oleh Joe, terbukti dengan tas pemuda itu yang berada di kursi yang ditempati.

Dan Laska sudah tak ambil pusing. Entahlah perasaannya sekarang sangat netral.

"Ben, gue duduk sama lo ya?" Laska melangkah menuju bangku Beben.

Beben menatap Laska. "Tapi kan gue duduk sama Sarah." Beben menunjuk perempuan yang sedang bergosip dengan Mina.

"Oh, ga masalah Ben." Sarah lalu melangkah mendekati Beben dan Laska. "Gue pindah duduk sama Mina aja."

"Terus si Yura?" tanya Laska menyebut nama teman sebangku Mina.

"Ah iya, lo pasti gak tau ya? Si Yura di DO."

"Hah? Kok bisa?"

"Pregnant. Itu alasan Yura di DO sama kepsek." Sarah mengibaskan tangannya kemudian melangkah menuju Mina.

"Duduk berdua aja ya lo lo pada." Mina menunjuk ke arah Laska dan Beben. "Gue juga gak rela kalo temen kesayangan gue harus duduk di kursi yang udah dipenuhi virus."

Dan ucapan Mina sampai ke telinga kedua orang itu hingga salah satu diantaranya mulai terbakar emosi.

Joe menatap Mina dengan tatapan marah. Sebelum kemarahannya keluar, Ayden lebih dulu menenangkan pasangannya dengan cara mengusap pundak Joe.

Dan semua kejadian itu tak lepas dari kedua mata boba milik Laska.

++

"Gausah makan yang berkuah!"

"Tapi gue pengen makan soto."

"Luka di sudut bibir lo masih merah kayak gitu. Ntar kecipratan kuah soto, nangis lagi."

"Heh.. ngadi-ngadi lo! Yakali kayak gitu doang gue nangis."

"Halah! Nyokap lo sendiri yang bilang ke gue kalo lo sering mewek gegara tuh luka tiba-tiba perih."

Mata Laska membulat. Maminya memberitahu Mina?

"Ben!"

Beben menoleh.

"Lo yang pesen, ya?"

Beben mendengus kemudian mengangguk.

Mina menatap Laska. "Mau makan apa lo?"

"Gaboleh yang berkuah ya." Mina melanjutkan ucapannya saat Laska akan membuka mulut.

Lelaki itu memutar bola mata sebal. Mina sekarang tak ubahnya seperti maminya yang suka melarangnya makan ini dan itu.

Jika saja kejadian itu tidak menimpanya pasti dia bebas ingin makan apapun.

"Cilok."

"Tanpa pake kecap, saos sama sambel kacang ya?"

Laska mengangguk.

"Lah, gimana ceritanya cilok nggak pake sambel kacang?" Beben bertanya.

"Udah lah tinggal lo pesen aja. Bilang sama penjualnya gausah dikasih macem-macem istilahnya mah cilok tawar gitu. Udah sana pesen! Oh ya sekalian pecel ayam sama es teh dua gelas."

"Anjir pecel ayam."

"Gue belom sarapan tadi. Udah sana!" Mina mendorong tubuh Beben menjauh.

Mina menatap Laska yang sudah melepaskan maskernya. Melihat luka di dekat bibir temannya itu tanpa sadar membuat Mina meringis. Pandangan perempuan itu tiba-tiba beralih menatap meja yang tak jauh dari meja mereka.

Sorot matanya berubah dingin saat salah satu penghuni meja tersebut menatap terang-terangan ke arah Laska yang memunggunginya.

"Kenapa sih?" Laska ingin menoleh ke belakang untuk melihat objek yang dilihat Mina dengan tatapan super dingin.

Mina lantas menahan pipi Laska. "Gapapa."

Bersamaan dengan itu tiba-tiba datanglah seorang perempuan yang sangat dikenal oleh mereka.

Itu Kimmy.

"Hai, kak. Boleh gabung nggak? Soalnya semua meja pada penuh." Kimmy bertanya.

Mina dan Laska tentu saja mengangguk. Toh mereka juga termasuk Beben sudah mengenal cukup baik adik kelasnya itu.

Kimmy sontak tersenyum lalu duduk di samping Laska. Sorot mata perempuan imut itu berubah sendu saat melihat wajah mantan pacarnya.

"Masih sakit kak?" tanya Kimmy sambil menunjuk wajah Laska.

Laska menggeleng sambil tersenyum.




"Lo ngga minta maaf ke Laska?"

"Buat apa minta maaf? Si Laska anjir yang mulai duluan."

"Tapi yang lo lakuin itu terlalu berlebihan apalagi kalo Mina datengnya telat, bisa-bisa sekarat anak orang."

"Itu udah konsekuensi yang harus diterima Laska. Lo--"

"Lo kenapa sih Joe? Gue nanya sama Ayden loh bukan sama elo?" Rion menatap Joe jengkel. Vano yang berada disebelahnya langsung menenangkan pacarnya itu. Hanya mengantisipasi takutnya Rion kalap dan berakhir menghajar kakak tirinya itu. Mengingat jika pacarnya itu emosian parah.

++





LASKEN [✓]Where stories live. Discover now