🔹41.Anthala Dan Prinsipnya

Start from the beginning
                                    

"Gama lo mau camping ke mana?" tanya Raja memahan tawa. Bisa-bisanya Gama membawa kasur kecil yang muat satu orang di tas besar yang Raja prediksi itu barang-barang untuk menginap.

"Ini punya Nalan bukan punya Gama." Malah Nalan yang membalas perkataan Raja dengan cepat.

"Sebaiknya kalian jangan pada ribut, jika kalian masih ribut si Max pasti gak memperbolehkan kita untuk masuk," ujar Marvin geram. Dia masih mengingat ajudan bosnya itu melarangnya masuk sebab Raja terus saja mengomel.

Suster cantik itu sudah masuk beberapa menit lalu disusil Marvin dan ketiga temannya.

Ruang VIP memang beda, di ruang rawat ini begitu besar dan terdapat sofa yang sangat nyaman. Tatapan mereka jatuh pada Max, pria berumur dua puluh lima tahun itu tengah berdiri seperti patung dekat sofa sambil menatap ke depan.

"Selamat pagi Naira, bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya suster yang bernama tag Arina.

"Alhamdulillah baik Sus. Rasa sakit di leherku sedikit membaik dan tidak sesakit saat pagi tadi."

Suster Arina menghela napas lega lalu menaruh makanan untuk pasiennya di atas nakas.

"Sepuluh menit lagi kamu harus makan bubur ini. Jangan lupa untuk dihabiskan."

Naira mengangguk sambil tersenyum dibalik cadar hitamnya. Dia sekarang sudah merasa lebih baik tapi kadang tubuhnya akan merasakan sakit tiba-tiba. Kata Dokter yang merawatnya ia harus dirawat inap di rumah sakit ini, entah beberapa hari ia akan di rawat di sini. Ia sangat merindukan rumahnya.

"Ada pasien lain yang harus saya urusi, kamu bisa makan sendiri, kan?" tanya suster Arina.

"Insya Allah bisa Sus."

Suster itu tersenyum lalu mengelus hijab biru Naira. Dia ingin menyuapi anak remaja ini tetapi atasannya menyuruhnya untuk pergi ke ruang IGD karena ada keadaan mendesak.

"Kalau gitu saya pergi, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, Suster."

"Suster tunggu," tahan Naira tiba-tiba membiat suster Arina mengurungkan niatnya untuk membuka pintu.

"Iya Naira ada apa?"

"Bisa pintunya dibukakan saja?"

Suster Arina mengangguk paham lalu menghilang dibalik pintu yang terbuka lebar.

Naira menatap kelima teman-teman suaminya yang kelihatannya tengah saling berdebat entah kenapa.

"Kak Max, Bi Sumi kapan ke sini?"

"Menjawab Nona muda, Bi Sumi masih dalam perjalanan."

Naira canggung karena di ruangan ini hanya dirinya yang perempuan. Ke mana suaminya? Karena saat ia bertanya pada ajudan suaminya dia tidak menjawab.

"Bundahara bosan yah?" tanya Nalan beranjak dari sofa berniat berjalan kearah brangkar Naira.

"Jaga jarak mustofa!" cegah Raja menarik rambut kuncir Nalan hingga rambut panjangnya terurai.

"Raja kamu kenapa sih?! Kan kunciran Nalan jadi terlepas!"

"Bisa diam? Atau saya usir kalian keluar. Nona muda butuh ketenangan bukan keributan," peringat Max sudah siap menarik kelima teman Tuan mudanya.

ANTHALA || SUDAH TERBIT Where stories live. Discover now