🔹37. Ingkar Janji

Start from the beginning
                                    

"Lo jago bela diri ternyata," ujar Leon sedikit kaget dan merasa sakit di wajah serta perutnya.

Leon tanpa aba-aba balas menyerang. Naira berusaha menghindar namun Leon sepertinya mengetahui pergerakannya dan akhirnya Naira harus terjatuh ke tanah saat wajahnya terkena pukulan.

Hujan semakin lama semakin deras membasahi bumi. Suasana di gang sempit yang ini semakin mencengram apa lagi tidak ada siapapun di tempat ini.

"Leon apakah kamu tahu dosa apa yang telah kamu lakukan di dunia ini?"

"Jika kamu berani menyentuhku, aku bersumpah. Demi Allah! Aku tidak akan memaafkan perbuatanmu!"

"Tahu apa lo tentang dosa gue?" Leon tertawa sesekali mengusap wajahnya untuk bisa melihat lebih jelas kondisi Naira sekarang ini.

"Jangan mendekat!" teriak Naira berusaha mundur.

"AKU BILANG JANGAN MENDEKAT!"

"DEMI ALLAH JANGAN MELAKUKAN HAL INI KEPADAKU!"

"TOLONG SIAPAUN TOLONG AKU!"

Naira menangis histeris saat Leon mulai memegang tangannya. Dia berusaha memberontak namun tenaganya tidak sekuat tenaga Leon.

Bugh!

"BRENGSEK!"

Bugh!

"Kamu apain Naira, hah?!"

Naira hanya bisa menangis, di memeluk tubuhnya dengan erat. Beberapa kali ia terus memanjatkan syukur karena ada seseorang yang menyelamatkannya dan seseorang itu adalah suaminya, Anthal—Muhammad Alif Ibrahim.

Naira meremas tangannya, bukan suaminya yang menolongnya tetapi pria yang pernah ada dalam hatinya, namun sekarang sudah tersingkirkan oleh suaminya.

"Naira kamu gak papa, kan? Astagfirullah hal'adzim, pake sorban untuk menutupi tubuh kamu Naira."

Naira segera mengambil sorban putih yang selalu Alif pakai ke mana saja untuk menutupi tubuhnya yang sepertinya memperlihatkan lekuk tubuhnya karena air hujan.

"Maaf karena telat menolongmu."

Seharusnya kalimat itu diucapkan oleh Anthala bukan Alif.

"Ayo biar saya antar kamu ke tempat aman."

Naira hanya bisa mengangguk sambil menangis. Dia sekilas melihat Leon yang sudah terkapar tidak sadarkan diri di tanah akibat perbuatan Alif.

"M-makasih Gus," ucap Naira sambil terisak.

"Jangan panggil saya dengan gelar itu, panggil saja seperti biasa saja, Naira."

Naira mengangguk sambil mengusap air mata di sudut matanya. Air matanya terus saja keluar entah kenapa dan itu membuat dadanya sesak jika ia menahan tangisannya.

"Menangislah sesuka hatimu Naira. Saya tahu kamu sekarang ini tidak sedang baik-baik saja."

Naira hanya menggeleng sambil terus terisak.

ANTHALA || SUDAH TERBIT Where stories live. Discover now