57. MY LADY

Mulai dari awal
                                    

“Ya ... Kata aku sendiri,” ujar Gaby sambil menggambar pola-pola kecil di dada bidang Alfa dengan jari telunjuknya. “Biasanya cewek kalau udah melahirkan badannya pasti melar.”

“Aku cuma takut kamu keberatan—Hmpf!!”

Alfa membungkam bibir manis Gaby sedikit lama dalam posisinya. “Bawel nanti Sultan bangun kalo kamu berisik terus.”

Gaby mengerucutkan bibirnya saat mendengar Alfa mengcopy paste ucapannya barusan. Ia memilih diam dalam gendongannya daripada membangunkan anaknya yang baru saja tidur belum lama.

Fyi, Sultan udah gede lho. Jagoan kecil itu telah menginjak umur 10 bulan dan akan genap 1 tahun tepat di awal tahun baru besok. Bocah mungil dengan wajah lucu itu selalu membuat kedua orang tuanya kewalahan karena tingkah dan karakternya yang selalu ingin tahu, tak sabaran, hiperaktif dan kreatif walaupun berakhir dengan hal konyol.

Pernah saat itu Alfa sampai ingin melempar Sultan keluar apartemen karena frustasi menghadapi polah Sultan yang tidak bisa diam barang sedetik saja. Belum lagi kenakalan jagoannya itu ketika bersama kedua kakaknya yang malah semakin menjadi sebab Reza dan Satria selalu memanjakannya. Mereka bilang Sultan itu anak ajaib. Terserah.

Setibanya di kamar yang telah menjadi saksi bisu segala suka duka bahtera rumah tangga mereka, Alfa merebahkan Gaby ke atas ranjang hingga perempuan itu terlentang di bawah tubuhnya dengan ekspresi yang nyaris membuatnya lupa diri.

“Kenapa malah masuk kamar kita kan belum makan malam?” Gaby bangkit, menopang tubuh bagian atasnya dengan kedua siku sambil memandang Alfa bertanya-tanya.

“Makan malam aku ada disini.”

“Hah?” Alis Gaby mengkerut tidak mengerti.

Laki-laki itu tersenyum smirk kemudian melepas kaosnya dari atas kepala untuk bertelanjang dada, membuat helaian rambutnya ikut bergerak saat ia melakukannya. Dan percayalah gerakan sederhana itu mampu menghipnotis Gaby sampai tidak berkedip beberapa saat hingga mata keduanya saling bertemu secara tidak sengaja.

Alfa memberinya seringai. “Terpesona, hm?”

Gaby membuang wajahnya dengan cara menghempaskan dirinya kembali. Ia mengatur tempo jantungnya yang menggila karena entah kenapa Alfa malam ini tiba-tiba terlihat seksi di matanya. Meskipun suaminya itu memang sangat seksi dengan roti sobek di perutnya, tetapi khusus malam ini dia sangat berbeda.

“Kenapa salting?” tanya Alfa. Cowok itu merayap di atas tubuh Gaby, mengagetkan wanitanya hingga terkejut.

“Astagfirullahaladzim! Ihh..., kaget tau,” sungut Gaby saat melihat kemunculan manusia rese yang tiba-tiba sudah berada di atas tubuhnya.

Bukannya merasa bersalah Alfa malah tertawa membuat Gaby memukul otot bisep-nya tak main-main. “Nggak lucu. Sekarang minggir aku mau siapin makan dulu.”

“Ntar aja,” cegah Alfa menyentil dahi Gaby ketika wanita itu hendak berdiri.

“Ck! Kamu apa-apaan sih emangnya kamu nggak lapar seharian cuma makan sisanya Sultan?” Gaby berdecak sebal sambil mengusap keningnya yang baru saja dianiaya oleh suaminya sendiri.

Pemuda itu menggeleng dengan polos membuat Gaby menghela napas lelah. Ia lalu memutuskan untuk menarik bantal yang berada di atas kepalanya kemudian menyamankan posisi berbaringnya.

Lima menit berlalu Gaby mulai terbuai, ia mendongak menatap manik Alfa yang masih setia mengurung dirinya dari atas sana.

“Khhamuu…” jeda Gaby sebentar sambil menutup mulutnya saat menguap lebar lalu kembali melanjutkan. “Nggak capek gitu terus?”

ALFA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang