🔹34. Pelukan Kehangatan

Start from the beginning
                                    

Untung saja Naira sudah memotong kuku kucingnya ini hingga tanganmu tidak terluka.

Naira meletakan kucingnya itu ke bawah lalu menyuruhnya untuk kembali ke kamarnya. Hebatnya kucing itu terlihat mengerti dan berjalan keluar kamar.

"Sayang kamu gak khawatir sama kakak?" tanya Anthala dengan mata berkaca-kaca. Suaminya terlihat menggemaskan jika seperti ini.

"Aku kesal sama kakak. Kan aku sudah bilang, masuk kamar lalu mandi setelah itu shalat. Eh, kakak malah main game dulu."

"Yah maaf sayang. Janji deh kakak gak akan main game lagi."

Naira mengangguk percaya lalu mengelus kepala suaminya.

Rambut indah Naira yang tergerai jatuh ke wajah Anthala. Dia menghirup aroma sampo yang istrinya pakai. Wangi.

"Peluk," pintanya, manja.

"Ketua geng motor manjanya Masya Allah," ujar Naira tertawa kecil. Dia merebahkan tubuhnya di dekat suaminya lalu memeluk erat tubuh suaminya ini.

Anthala menghirup dalam-dalam leher istrinya. Tubuhnya menjadi hangat dan nyaman.

"Kak boleh aku bertanya?"

Anthala mengangguk sebagai jawaban.

"Kok bisa umur kakak 19 tahun? Biasanya tuh jika murid kelas 12 kan rata-rata 17 sampai 18 tahun."

"Pas kelas 9, kakak belajarnya dua tahun bukan satu tahun seperti orang-orang.  Bisa dibilang kakak gak lulus pas SMP."

"Kok bisa?"

"Kata gurunya kakak terlalu pintar jadi belajar dua tahun di kelas 9."

"Idih, kakak bisa sombong juga ternyata."

Anthala tertawa renyah. "Kakak gak pernah masuk pas kelas 9, ikut ujian pun kakak gak pernah karena males jadi dua tahun baru lulus kelas 9 karena paksaan dari ayah. Makanya dari semua murid kelas 12 kakak yang paling senior di sana."

"Maaf kak, apakah IQ kakak rendah?"

Bukannya Naira merendahkan suaminya. Tapi kata orang-orang IQ suaminya ini tinggi dan termasuk ke jajaran orang jenius, namun disembunyikan. Rank pertama di kelas 12 IPA 1 jatuh kepada Marvin.

"Mana ada keturunan Algafraneza memiliki IQ rendah sayang. Asal kamu tahu pas kakak umur 5 tahun kakak malah terus dipaksa oleh ayah untuk belajar."

"Apakah mungkin ini salah satu alasan kakak gak masuk kelas? Kakak bosan mendengar materi yang sudah kakak ketahui?"

Anthala mengangguk sambil mengelus perut istrinya tanpa disadari oleh Naira sendiri saking fokus pada pertanyaannya.

Perut istrinya ini hangat membuat tangan dinginnya pun itu menghangat seketika.

"Hampir semua materi sudah kakak pelajari di sekolah kita sayang."

"Tapi setidaknya kakak jangan sering bolos. Itu gak baik karena nilai kakak akan turun nanti."

"Kamu mau kakak gak bolos lagi?"

ANTHALA || SUDAH TERBIT Where stories live. Discover now