Perawat tadi kembali mendorong pintu yang terlihat lebih berat itu. Tidak ada derit apapun. Semua orang seperti serempak merapatkan masker mereka dan masuk satu persatu. Tidak ada satupun yang berbicara. Semua mata tertuju pada deretan lemari pendingin di ruangan itu. Pelat besi yang dingin. Entah berapa yang terisi oleh jenazah yang menunggu keluarga mereka.
Sekali lagi, dokter forensik yang membantu mereka, menjelaskan bahwa kondisi mayat wanita itu sudah sangat rusak.
Gemintang meremas tangan Mbak Wiji yang terlihat menggeleng. Wanita itu terlihat menahan napas. Gemintang berbisik menenangkan.
Suara berderit pelat besi yang ditarik, seakan memakan waktu yang sangat lama. Semua mata tertuju pada pada sosok tertutup kain putih yang terlihat.
"Oh..." Galih segera menarik Wiji menjauh. Mereka berjalan ke sisi lain ruangan itu. Gemintang dan Angger menatap nanar mayat di depan mereka sambil mendengarkan dokter forensik berbicara. Keadaan mayat itu sangat mengenaskan. Bahkan Angger dan Gemintang harus mengeryit berulang kali untuk memperjelas pandangan mata mereka. Dan mereka menggeleng serempak. Mereka tidak bisa mengenali wajah rusak itu.
"Sepertinya seseorang sengaja merusak bagian jari tangan untuk menghilangkan sidik jari, Dokter Angger, Dokter Gemintang. Kita masih perlu menunggu hasil otopsi untuk memutuskan penyebab kematian dan status kematiannya. Apakah meninggal alami atau menjadi korban pembunuhan."
Angger mengangguk dan menarik Gemintang mundur. Bunyi pelat besi tertutup rapat kembali terdengar. Mayat dengan kode B196 itu kembali sendirian di dalam kotak pendingin. Mereka menuju tengah ruangan.
"Barang-barang yang menyertai mayat masih ada di sini jadi nanti bisa dibawa oleh pihak kepolisian untuk diselidiki. Sebelumnya, silahkan diperiksa apakah anda sekalian mengenali barang-barang itu."
Mereka mengerumuni sebuah meja dengan lapisan kaca tebal di atasnya. Perawat merunduk dan mengeluarkan sebuah plastik hitam berukuran besar dengan penanda kepemilikan barang-barang pada mayat yang ditemukan.
YOU ARE READING
DARI BALIK KELAMBU
Mystery / ThrillerAngger Liveni Pananggalih itu dokter muda berdarah ningrat. Orang bilang dia tinggal di dalam tembok. Tembok keraton. Dan karena keningratannya itu di jidat Angger seakan tertulis kalimat : BUKAN UNTUK GADIS JELATA! Mungkin itu juga yang ada di piki...
Sembilan Puluh Lima MAYAT DENGAN LABEL B196
Start from the beginning