Delapan Puluh Enam TARIK JIN

2.4K 633 136
                                    

Let's dive in

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Let's dive in

Magdafelle

♥️

*








"Astagfirullahaladzim..."

Suasana menjelang subuh yang mencekam. Gerimis turun sejak menjelang dini hari tadi. Jendela dan pintu rumah sudah dibuka walaupun tidak sepenuhnya.

Gemintang memijat tengkuk Laras dan membantunya memuntahkan apapun itu yang dia rasa harus dia keluarkan. Mbah Margo dan Banyu Biru terus merapalkan doa-doa tanpa putus yang justru membuat Laras terlihat gelisah. Wajahnya penuh keringat dan Gemintang berulang kali mengusapnya dengan tisu basah

Tidak mempercayai pandangan mereka sendiri. Itu yang sekarang dirasakan oleh Gemintang dan Angger saat menyaksikan benda-benda tidak jelas keluar dari mulut Laras. Angger menguatkan bacaan doanya ketika Mbah Margo terlihat kesulitan menarik sesuatu dari alis Laras. Gemintang membantu Laras mendongak dan menahan kepalanya.

Gemerincing suara sebuah benda halus jatuh ke dalam piring ompreng terdengar memecah hening subuh itu.

Suara adzan berkumandang di kejauhan dan Mbah Margo menghentikan kegiatannya. Dia memasukkan empat buah jarum tipis berwarna emas ke dalam mangkok yang sudah diisi air. Jarum itu bersatu dengan tiga butir batu berwana pelangi yang sudah ada di mangkok itu.

Angger menutup Al-Qur'an nya dan meletakkannya di dalam lemari bagian paling atas. Banyu Biru membantu Gemintang membawa Laras ke kamar mandi dan kembali ke ruang tengah yang sudah dipinggirkan sofa dan mejanya. Mereka menggelar karpet seperti dua hari berturut-turut ketika Mbah Margo mengeluarkan apa yang mereka tahu sebagai pegangan yang ada di tubuh Laras.

Angger terpaku menatap mangkok di depannya. Banyu Biru membantu Mbah Margo untuk membersihkan diri lagi. Tatapan Angger lekat pada air jernih dalam mangkok. Tidak ada benda seperti silet atau paku berkarat di mangkok itu. Tapi, apa yang Angger lihat sekarang sudah cukup merefleksikan bahwa benar adanya kegiatan supranatural yang tidak benar. Bukti itu lebih mengerikan dari sekedar paku atau silet berkarat sekalipun.

Angger beranjak ketika Banyu Biru akhirnya membenahi tempat itu. Menyimpan semua pegangan ke dalam sebuah kotak dan menguncinya lagi ke dalam sebuah kotak yang lebih besar lalu menyimpannya di lemari.

Angger membuka pintu lebar-lebar juga jendela di seluruh rumah itu.

"Mau ke masjid atau di rumah saja Mas?"

"Di rumah saja sama Simbah nanti. Kamu kalau mau ke masjid ga papa."

Angger mengangguk dan berjalan menuju kamar tamu. Gemintang sudah selesai membantu Laras membersihkan diri.

DARI BALIK KELAMBUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang