Tujuh Puluh Dua TANAH KUBURAN

2.5K 674 110
                                    

Semoga hari kalian menyenangkanJangan lupa jajan sekali kali buat nyenengin hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semoga hari kalian menyenangkan
Jangan lupa jajan sekali kali buat nyenengin hati

Atau membeli sesuatu sebagai penghargaan untuk diri sendiri yang sudah bekerja keras

Selamat membaca teman-teman

*


Gemintang menunduk. Gerakan yang tidak luput dari pengamatan Angger. Juga ketika Gemintang sedikit mendongak dan beradu pandang dengan Putri. Dan saat itu mereka sedang menyaksikan bagaimana Ibunya begitu panik masuk ke mobil untuk pergi ke rumah sakit menengok Laras. Sikap Ibunya yang seperti itu, tentu membuat Gemintang cemburu. Angger bahkan dengan mudah membaca gerak bibir Gemintang pada Putri. Bibir istrinya itu jelas mengatakan kata duh dan Gemintang sepertinya menahan perasaan di balik senyum tertahannya.

"Mi, Bapak pulang dulu, mau lihat rumah. Takutnya ada yang rusak."

"Ikut, Pak."

Semua menoleh ke arah Gemintang yang seakan terlalu cepat menanggapi ucapan Bapaknya. Gemintang juga meraih tas nya dengan cepat. Dia seakan tidak mau berada di tempat itu lama-lama.

"Ikut pokoknya. Motornya ditinggal saja. Kita naik taksi. Mas, aku pulang dulu sebentar nanti balik lagi."

Gemintang menuruni teras dan melintasi halaman diikuti oleh Putri yang terlihat bingung. Putri menoleh ke arah teras dan melihat Bapaknya Gemintang berbicara sebentar dengan Angger dan Galih. Mereka akhirnya menunggu di pos penjagaan dan mencegat sebuah taksi ketika Pak Hilmawan menghampiri mereka.

Di teras, Angger menyugar rambutnya.

"Ngambek kenapa si Gemintang itu?"

"Aku marahi karena nekat. Dia itu..."

"Ga bisa dimarahi, Ngger."

"Ya habisnya piye Mas. Dia itu seperti ga mikir sedang hamil. Anakku Mas. Anakku..." Angger memberi penekanan pada setiap kata anakku dengan wajah jengkel. "...kalau terjadi apa-apa gimana?"

"Iya ngerti. Cuma kan kamu tahu Gemintang itu seperti apa? Ikuti saja sampai dia bosan sendiri. Seperti makanan...dia minta apa kasih saja sampai dia bosan...nanti dia bakal diam sendiri."

"Duh..."

Angger terhempas di kursi pondok. Mereka bahkan belum sempat sarapan pagi itu, dan seperti yang sudah diduga, Ibunya heboh dengan kekhawatiran nya pada Laras. Bahkan Mas nya yang datang pagi-pagi mengantarkan salinan baju hanya bisa terdiam.

DARI BALIK KELAMBUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang