Ceritanya...
Pergi pagi-pagi ke kantor cabang BCA yang lumayan jauh. Ngantri kan...ikutan dong ngantri. Tapi ternyata kartu ATM saya sudah dalam bentuk chip kata bapak satpam yang ramah.
Astagfirullahaladzim 1000x
Kemplu banget Nikeeeen....!
*
Setelah prosesi yang sewajarnya orang meninggal. Angger menatap sepatunya dan menunggu Bapaknya yang berpamitan untuk langsung meninggalkan rumah duka.
Angger membukakan pintu untuk bapaknya dan mulai melajukan mobilnya meninggalkan kediaman Alamsyah.
"Bapak mau mampir pulang dulu atau langsungan saja?"
"Langsung saja, Ngger. Kasihan Ibumu pasti nunggu kabar."
Angger mengangguk dan mengambil jalan lurus kembali ke Yogya.
"Laras itu kemana kira-kira, Ngger? Bapaknya meninggal kok tidak pulang sama sekali."
Angger menggeleng. "Angger tidak tahu, Pak." Pertanyaan bapaknya tentang Laras membuat Angger kembali mengingat kotak misterius yang ditunggui oleh orang-orang rumah karena Gemintang baru saja mengalami hal yang aneh.
"Seharusnya tidak jadi masalah ya, Ngger? Laras kan tidak membuat laporan kepolisian masalah yang kemarin itu. Kok bisa begitu ya, Ngger. Padahal polisi datang ke TKP."
"Mungkin dilihat sebagai delik aduan Pak. Bukan delik murni. Kalau Laras melaporkan pun dia masih bisa mencabutnya. Tapi, itu kan keputusan Laras untuk tidak melakukan apa-apa."
"Anak itu memberontak, Ngger. Sebenarnya dia itu kasihan. Hidupnya diatur sama orang tuanya dan dia kehilangan masa remajanya."
"Laras sudah dewasa sekarang, Pak. Keputusan apapun yang dia ambil itu sudah menjadi sebuah hak."
"Kamu benar, Ngger."
"Bagaimana Ibuk, Pak?"
Angger menoleh ke arah Bapaknya yang menghela napas.
"Ga tahu sampai kapan ini akan berlangsung, Ngger."
"Yang sabar, Pak."
"Gemintang bagaimana, Le?"
"Baik. Masih cuti."
"Tadi ibunya Laras itu bilang minta tolong dicarikan si Laras itu. Di kost nya ga ada. Sudah dicari kemana-mana hasilnya nihil."
KAMU SEDANG MEMBACA
DARI BALIK KELAMBU
Mystery / ThrillerAngger Liveni Pananggalih itu dokter muda berdarah ningrat. Orang bilang dia tinggal di dalam tembok. Tembok keraton. Dan karena keningratannya itu di jidat Angger seakan tertulis kalimat : BUKAN UNTUK GADIS JELATA! Mungkin itu juga yang ada di piki...