Delapan Puluh Delapan PENGACARA MENCURIGAKAN

Mulai dari awal
                                    

Pak Tarjo mengangguk dan berjalan ke arah pintu. Dia mengeluarkan kunci cadangan dan masuk. Terdengar suara pintu dikunci kembali dari dalam.

Pak Tarjo berjalan melintasi ruang tamu lalu menyusuri aula.

"Ada tamu, Pak?"

Mendengar suara majikannya, Pak Tarjo menghentikan langkahnya. Dia berjalan menuju ke arah Angger yang menuruni tangga.

"Iya, Den Mas. Pengacara sama polisi."

"Apa maunya mereka itu?"

"Katanya bawa surat perintah mencari bukti tambahan."

Angger menghela napas. "Pak Tarjo percaya atau tidak?"

"Tidak, Den."

"Huum." Angger mengangguk-angguk dan menepuk pundak Pak Tarjo. "Saya temui di depan."

"Nggih, Den."

Mereka berjalan keluar. Pak Tarjo segera memposisikan dirinya di samping Angger yang menyalami semua orang dan duduk dengan tenang.

"Begini Mas. Kami membutuhkan bukti tambahan terkait Bapak yang mau mengajukan peninjauan ulang kasus."

Pengacara Dwi Winarko membuka suara.

"Oh...silahkan. Tapi kembali lagi, rumah ini kan bukan tempat kejadian perkara jadi ya saya cukup heran. Bukti apa kira-kira, Pak?"

"Apa saja, Mas. Kami harus melakukan pencarian sesuai arahan Bapak dari dalam."

Angger mengangguk-angguk. "Silahkan." Angger beranjak dan memberi kode dengan tangannya untuk mempersilahkan orang-orang itu masuk ke kediaman Pananggalih.

"Pa Tarjo, minta Mbok Sumi bikin minum, nggih?"

"Siap, Den." Pak Tarjo mengangguk dan berjalan turun dari teras. Dia melangkah ke belakang melalui selasar samping rumah.

Angger menyilangkan kaki sambil menatap Mas Kelik yang berlari menghampirinya setelah memarkir motor.

"Ada apa, Mas? Kok ada mobil polisi?"

"Biasa Mas. Mencari bukti tambahan."

Mas Kelik seketika kepo dan melongok melalui pintu. "Bukti apa? Kalau ada bukti pun ya sudah rusak ya Mas. Kan sudah lama."

"Wah, Mas Kelik pinter. Dari mana tadi?"

"Dari pasar."

"Loh kok ga sama Mbok Sumi?"

"Lha wong cari ganti cangkul, Mas."

"Oh...mau dibuat beres-beres sebelah mana?"

"Cuma pesan terus diantar ke Ndalem Kusumanegara."

"Oh? Ada apa?"

"Biasa, Mas. Bersih-bersih."

Angger mengangguk dan tersenyum ketika Mbok Sumi datang dari samping rumah dengan nampan besar berisi teh dan camilan. Mas Kelik segera membantu menurunkan nampan dan meletakkan teh ke meja.

DARI BALIK KELAMBUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang