"Loh...iya to?"
"Iya ada."
Mereka masuk dan Angger mengunci pintu. "Bapak ga ada Mi?"
"Lagi ke paguyuban. Mau mandi atau..."
"Mandi, Mi."
"Ya sudah. Aku bikin wedang jahe dulu."
Gemintang berjalan ke kamar dan mengambil handuk bersih. Dia menyerahkannya pada Angger.
"Ada tamu, Mi?" Angger menatap kamar tamu yang pintunya sedikit terbuka.
"Mandi dulu. Nanti ceritanya."
Angger mengangguk dan berjalan masuk ke kamar mandi sementara Gemintang menuju dapur. Dia memanaskan air dan membuat 3 gelas wedang jahe lalu membawanya ke ruang tengah.
"Mas. Bajunya sudah aku siapkan di kamar."
"Iya Mi." Jawaban Angger mengalahkan suara air yang mengalir.
Sesaat kemudian Angger keluar dari kamar mandi dan berlari kecil masuk ke kamar. Dia keluar lagi sambil mengeringkan rambutnya.
"Mau wedang ronde Mas? Tadi bikin sama Putri. Estetik."
"Halah..."
Angger menyeruput wedang jahenya pelan. Dia menatap Gemintang yang datang dengan 2 mangkok kecil wedang ronde.
"Nih Mas. Bagus kan?"
"Bagus. Tapi enak ga?"
"Enak. Pas."
Angger menerima wedang ronde itu dan mencobanya. "Kurang manis, Mi."
"Sambil lihat aku minumnya."
YOU ARE READING
DARI BALIK KELAMBU
Mystery / ThrillerAngger Liveni Pananggalih itu dokter muda berdarah ningrat. Orang bilang dia tinggal di dalam tembok. Tembok keraton. Dan karena keningratannya itu di jidat Angger seakan tertulis kalimat : BUKAN UNTUK GADIS JELATA! Mungkin itu juga yang ada di piki...
Tujuh Puluh Sembilan PENGGANGGU RUMAH
Start from the beginning