"Ya sudah."
Angger menatap bungkusan kotak yang sudah dimasukkan ke dalam sebuah tas blacu.
Angger menyambar tas itu dan mereka keluar dari rumah.
"Hati-hati kalau nanti pergi ke rumah Bapak. Aku pergi dulu." Angger mencium kening Gemintang lembut dan mengusap perutnya beberapa kali.
Gemintang turun ke halaman dan menunggu hingga mobil Angger keluar dari kediaman Pananggalih. Dia menatap Mas Kelik yang sedang membersihkan motornya. Gemintang berbalik masuk dan berpapasan dengan Mbok Sumi yang membawa kopi pagi untuk Mas Kelik dan Pak Tarjo.
"Mbok ke pasar yuk..."
"Nggih."
Gemintang berjalan masuk dan membuka semua tirai ruang tamu dan ruang santai. Hawa hangat menyeruak dan dia merasakan setiap ruangan yang dia masuki terasa dingin. Tidak seperti kemarin kemarin.
*
"Alamatnya bener? Ga masuk map kok Ngger."
"Wah...kita kemana ini Mas? Map nya berhenti di sini. Ga kelihatan titiknya lagi." Angger mengedarkan pandangan ke sekelilingnya.
"Ini jam berapa to? Kok masih gelap banget."
Angger menatap jam di ponselnya. "Hampir jam 9 loh Mas padahal."
Perjalanan dari Yogya ke Jakarta yang cukup melelahkan membuat mereka memutuskan beristirahat di sebuah hotel di daerah Tanah Abang. Angger dan Galih baru bergerak lagi menuju Rangkasbitung dari stasiun Tanah Abang. Dan mereka beruntung karena perjalanan lebih cepat karena KRL tidak lagi berhenti di 4 stasiun di daerah Lebak.
Galih celingukan. Pria itu membetulkan tas ransel dan mengambil air minum. "Aneh kok Ngger. Sejak turun di stasiun tadi memang gelap banget."
Angger mengangguk. Memang, begitu turun di stasiun Rangkasbitung suasana entah mengapa masih gelap. Padahal jelas-jelas mereka turun tepat jam 8.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARI BALIK KELAMBU
Mystery / ThrillerAngger Liveni Pananggalih itu dokter muda berdarah ningrat. Orang bilang dia tinggal di dalam tembok. Tembok keraton. Dan karena keningratannya itu di jidat Angger seakan tertulis kalimat : BUKAN UNTUK GADIS JELATA! Mungkin itu juga yang ada di piki...
Tujuh Puluh Delapan PRIA MISTERIUS
Mulai dari awal