Tujuh Puluh Delapan PRIA MISTERIUS

Comenzar desde el principio
                                    

"Aku wadon linuwih..." Gemintang menahan tawanya ketika Angger mencebik keras. Wajah Angger adalah perpaduan gemas, kesal dan khawatir tapi tidak bisa berbuat apa-apa.

"Haduuuh...kalau dibilangi kok ngeyel."

"Iya Mas iya..." Gemintang berkata lirih.

"Iyamu itu iya yang tidak menjanjikan Mi."

"Mas mau mandi ga? Aku siapkan air panas ya." Gemintang mengalihkan pembicaraan dan memberi Angger pelukan ringan dan sebentar.

Angger terpaku. Mereka memang berdebat di depan anak tangga. Angger menyugar rambutnya dan meraih tangan Gemintang. "Nanti aku jalan jam 7 dari rumah. Mampir Kulonprogo jemput Mas Galih terus bablas."

"Huum..."

Mereka menapak anak tangga dan berjalan di sepanjang lorong lalu masuk ke kamar. Angger memutuskan untuk mandi dan mereka segera memanfaatkan waktu yang tinggal sebentar sebelum subuh untuk tidur. Dan mereka benar-benar terlelap ketika Angger selesai mengulang lagi kata-kata tentang kekhawatirannya pada Gemintang. Juga tentang mereka yang akan memeriksa CCTV besok pagi-pagi sekali.

*

"Ga ada siapa-siapa Mi..." Angger yang sudah memutar beberapa kali rekaman CCTV di rumah itu hingga CCTV halaman belakang menoleh ke arah Gemintang.

Gemintang seketika menatap Mas Kelik. "Mas...Mas Kelik lihat kan semalam itu. Masa aku halu sih Mas?"

"Nggih loh Mas Angger. Saya lihat pakai mata kepala sendiri. Wah...berarti itu bukan manusia...maksud saya itu orang tapi arwahnya bisa kemana-mana."

Angger menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi ruang kerja bapaknya dan menangkupkan tangannya di depan dagu.

"Sekarang begini, karena sebentar lagi aku harus jalan mengembalikan kotak itu, Mas Kelik nanti tolong antar Gemintang ke rumahnya."

"Mas..."

Angger menggeleng. Dia tidak mengeluarkan suara lagi dan beranjak. Dan tiba-tiba saja Angger merundukkan kepala tepat di depan wajah Gemintang. "Jangan ngeyel. Belum pernah lihat aku marah beneran kan? Tanya sama Mas Kelik kalau pengen tahu. Mas Kelik..."

"Nggih Den. Saya panaskan motor dulu." Mas Kelik keluar dari ruangan itu meninggalkan majikannya yang bertingkah manis.

Gemintang memundurkan kepalanya dan mencebik pelan. Angger berjalan keluar menuju pintu. "Hiish...belum lihat aku ngambek kan? Nanti nangis kalau aku..."

"Apa? Bilang apa?"

Angger berbalik dan urung keluar. Dia menatap Gemintang. Gemintang yang segera berjalan ke arahnya dan mengamit lengannya.

"Hati-hati Mas..."

"Huum..."

Mereka keluar dan berjalan di sepanjang lorong lalu masuk ke aula. Gemintang naik ke kamarnya dan kembali dengan jaket milik Angger.

"Sarapan nasi dulu Mas."

"Kan sudah ngeteh. Nanti sarapan sama Mas Galih saja sekalian ngomongin gimana baiknya."

DARI BALIK KELAMBUDonde viven las historias. Descúbrelo ahora