🔹16. Lantunan Surat Ar-Rahman

Start from the beginning
                                    

Raja segera mengambil tongkat baseball di dekatnya lalu melemparkannya kepada Anthala.

Anthala menyeringai sinis melihat kelima pasukan inti Geng REVRAZO yang terlihat memandangnya dengan rendah. Mereka mengira ia mustahil menang melawan mereka berlima.

"Maju kalian semua!"

"Lo sok jago banget, kita kepung berlima tepar nanti," ledek Lintang mulai meremas kayu balok di tangannya.

Bugh!

"Jangan banyak bacot kalian! Geng kalian itu pengecut satu lawan lima pasti akan kalian lakukan tanpa suruhan dari gue!"

Anthala emosi melihat anggotanya juga teman-temannya terluka. Anthala dengan membabi buta menyerang pasukan inti Geng REVRAZO hingga yang tersisa hanyalah dua orang saja yaitu Alvaro dan Elang.

Sekarang wajah Anthala sudah dibanjiri oleh darah di keningnya akibat ulah Elang.

Srek!

Anthala mengeram kesakitan saat merasakan pisau yang Elang gunakan saat ini menggoreskan di pergelangan tangan kirinya.

Sial!

Lagi-lagi pergelangan tangannya yang menjadi sasaran.

Anthala harus segera melumpuhkan kedua manusia rendahan ini sekarang juga. Dia memiringkan wajahnya lalu mempererat pegangan pada tongkat baseballnya.

Brukh!

Anthala memukul kepala Alvaro lalu kepala Elang menggunakan tongkat baseballnya setelah itu dia melemparkannya ke sembarang arah.

"Lemah," desisinya menginjak tangan kiri Elang karena dia sudah memberikannya goresan pada pergelangan tangannya. Sedangkan Alvaro, Anthala menginjak perutnya dengan sekuat tenaga karena dia terus saja memukul perutnya walaupun hanya dua kali pukulan saja.

"Sampai kapan pun Geng pengecut kaya kalian gak akan pernah menang melawan Geng gue! Gue masih baik tidak membuat kalian sekarat karena ini hari bahagia gue."

Anthala berjalan kearah ketiga sahabatnya yang tengah menggotong Nalan yang sudah tidak sadarkan diri menuju markas.

"Anjing si Nalan makan besi apa kok badannya berat banget sumpah!" seru Raja menahan napas sesaat membantu Gama memangku Nalan.

Anthala berdecak kesal. Dia mendorong Gama dan Raja untuk menyingkir.

"Biar gue yang membawa Nalan ke dalam."

Raja melongo melihat Anthala dengan entengnya mengendong Nalan di punggungnya. Raja lupa Anthala itu kuat, menggendong badan besar Nalan sama aja seperti menggengam kapas.

"Bos lebih baik kita pergi ke rumah sakit dari pada dokter nya ke sini."

"Enggak rumah sakit jauh, gue akan memanggil dokter pribadi keluarga gue sekarang."

Anthala membaringkan tubuh Nalan di sofa besar lalu mengambil ponsel dari sakunya untuk mengirimakn pesan pada dokter pribadinya itu untuk segera ke markasnya.

"Bos apakah Nalan akan baik-baik saja?" tanya Gama dengan wajah memucat seperti mayat. Dia tidak bisa menyembunyikan kecemasannya melihat adiknya ini tertusuk oleh pisau dan tidak sadarkan diri.

"Nalan itu kaya besi, jadi lo jangan khawatir." Yang berkata seperti itu Raja bukan Anthala. Raja juga sama khawatirnya dengan keadaan Nalan tapi dia pandai menutupi kekhawatirannya.

"Buka baju Nalan, Gama. Sambil menunggu dokter pribadi gue datang kita harus menahan darah di perutnya agar tidak banyak keluar."

Gama segera melakukan perintah dari Anthala. Dia merobek baju hitam milik adiknya itu lalu terlihatlah darah di perutnya yang ditusuk oleh Alvaro beberapa menit lalu.

ANTHALA || SUDAH TERBIT Where stories live. Discover now