12. unprepared

1.3K 270 23
                                    

Enjoy ~ 📖

Irene terduduk di sofa, sementara jisoo melangkah menuju dapur hendak mengambilkan segelas air untuk sang kekasih. Namun, saat berpapasan dengan Jennie yang tengah terduduk di salah satu kursi meja makan sembari melahap semangkuk ramyeon , ia lantas mendekatkan wajahnya tepat pada indera pendengaran si gadis pemilik senyum gummy , lalu berbisik,,

"Katamu tidak ingin kubuatkan ramyeon, tetapi kau memasaknya sendiri," bisiknya,   setelah itu kembali ke tujuan utamanya untuk membawa segelas air, tanpa repot untuk menunggu dahulu sahutan dari jennie.

Dibawanya segelas air di tangan kanannya, hendak melangkah, namun jennie tiba-tiba berujar, seketika itu ia menghentikan langkah,

"Lihatlah wajah kekasihmu, sepertinya dia tidak suka dengan keberadaanku," ucapnya pelan, dengan memusatkan perhatian pada  kekasih jisoo yang tengah duduk menyamping nampak jutek di sofa.

Lantas jisoo menyahuti dahulu sebelum kembali melangkah, "gwaenchana, dia tidak akan menerkam mu, dan juga dia memang memiliki mimik wajah yang jutek, bukan sepenuhnya karenamu dia bersikap seolah jutek seperti itu,"

Jisoo kembali melangkah..

"Sayang.." serunya sambil menaruh gelas berisi air bening di meja, lalu ikut terduduk di samping Irene, "kenapa tidak menghubungiku terlebih dahulu jika ingin kemari?" tanyanya dengan lembut.

Irene mendelik menatap jisoo, "Apa harus aku memberitahumu dahulu ? Tidak biasanya kau menanyai itu, biasa-biasanya juga memperbolehkan aku datang kapan saja tanpa harus meminta ijinmu. seolma..."

Irene menatap dengan seakan menaruh rasa curiga pada jisoo.

Jisoo mengurut lengannya salah tingkah, seketika rasa gugup menghinggapi. "Ahh~ Anni-ya, bukan begitu. Maksudku jika ingin kemari aku bisa menjemputmu, hehe.."

Irene berdecak, seraya memutar bola mata, "kau selalu seperti itu. Berhentilah bersikap seperti kau adalah sopirku, sayang,,"

"Tapi kau juga tak menolak 'kan?" Jisoo tersenyum menggoda seraya mencolek hidung bangir milik Irene, dan itu memberi efek positif bagi irene yang ikut tersenyum karenanya.

Syukurlah. Sekarang Irene memudarkan raut wajah juteknya, walau sedikit. Membuat jisoo sedikit lega.

"Apa terjadi sesuatu ?" Tanya jisoo kemudian,

Irene mengangguk sebagai jawaban.

"Pasti ucapan ayahmu melukaimu hari ini. Hm?" Terkanya tepat, karena mendapat anggukan lagi dari irene.

Raut wajah gadis bak dewi yunani aphrodite itu cemberut gemas kini, lalu mulai melingkarkan lengannya di sekitar bagian perut jisoo. Dan jisoo pun membalas pelukannya.

"Dih! Apa-apaan ini."

Si gadis yang berada di dapur terdengar menggerutu. Sebab ia dapat melihat jelas  sepasang kekasih yang tengah berpeluk mesra disana, dan dia terasa diabaikan.

Jennie bukanlah seorang homophobic, melihat sepasang kekasih dengan gender yang sama(?) di hadapannya, tidak membuat ia merasa seperti kebanyakan orang yang mungkin beranggapan bahwa ini tidak benar, atau menjijikkan.
Karena memang , ini bukanlah hal tabu baginya. Ia pun banyak memiliki teman seperti jisoo yang berpacaran dengan sesama gender. Jadi dia sudah biasa.

Seperti apa kata teman barunya, rosé pernah berkata; “cinta itu bukan tentang gender , tapi tentang perasaan mu pada orang itu.”

Rosé berkata seperti itu saat keduanya tengah berbincang beberapa hari lalu.
Mereka banyak membicarakan tentang bagaimana kisah cinta masing-masing, saling berbagi cerita pengalaman tentang kisah cinta keduanya.

Found You In My Room- [JENSOO] Completed ✓Where stories live. Discover now