Dengan keberanian yang Gaby paksakan ia merubah posisi duduknya. Bergeser lebih dekat dengan laki-laki yang masih setia memperhatikan semua gerak geriknya. 

“Kenapa?”

“A-aku telat,” cicit Gaby dengan suara lirih.

“Telat?”

Dahi Alfa mengkerut tidak paham. Dengan sabar ia mengelus kepala Gaby amat sayang. “Maksudnya apa? Bicara yang jelas aku nggak ngerti kalau kamu ngomongnya setengah-setengah.” 

Gaby menggigit bibirnya ragu. “A-aku nggak tau pasti tapi kayaknya aku hamil.”

“Hah?” Alfa cengo mendengarnya.

“Aku lebih sensitif, badan aku makin berisi, gampang capek terus sekarang aku telat haid, Alfa.”

Cowok itu hanya mengerjapkan matanya beberapa kali. Benar-benar belum bisa mencerna apa yang barusan istrinya ucapkan.

“Aku tadi sempat beli test pack tapi belum aku coba,” ucap Gaby sambil menundukkan kepalanya dalam. “Takut liat hasilnya.”

“Kenapa mesti takut? Kamu gak senang kalau beneran hamil?” tanya Alfa menaikkan sebelah alisnya, suaranya terdengar mengintimidasi dari sebelumnya.

Pemuda itu sedikit tersinggung dengan apa yang istrinya katakan. Mereka sudah menikah lalu apa yang mesti ditakuti? Padahal jika boleh jujur dirinya sudah sangat menunggu momen ini. Dia benar-benar menginginkan seorang jagoan. 

“Bukan gitu, Alfa.” Gaby masih menunduk seraya memilin-milin ujung kaosnya. “Aku cuma belum siap. Maksudnya aku takut nggak bisa jagain dia karena  aku masih muda. Kamu tau sendiri aku ini labil, aku takut nyelakain dia.” 

Melihat raut wajah istrinya yang begitu tertekan Alfa segera memeluk wanitanya erat. Mengusap punggungnya pelan mencoba memberi rasa aman dan nyaman.

“Aku ada disini,” bisik Alfa lembut tepat di telinga Gaby. “Aku janji bakal berusaha sekuatnya buat jagain kalian.”

Mendengar hal itu Gaby pun tersenyum tipis dibalik punggung suaminya. “Kamu beneran udah siap kalau aku hamil kan?” tanyanya memastikan.

Alfa menguraikan pelukannya sejenak kemudian menatap dalam kedua iris mata Gaby. “Mau ke dokter kandungan? Kita cek sama-sama biar tau hasilnya.”

Gaby meremas jemari tangannya di bawah sana, dan tentunya hal itu tidak luput dari penglihatan Alfa. 

“Aku takut kalau—”

Cup

Trust me,” ucap Alfa menyakinkan. Ia tersenyum lembut sambil mengelus surai hitam sang istri. “Everything will be oke.”

“Bunda pasti bahagia denger berita kehamilan kamu apalagi Ayah sama Satria. Belum lagi keluarga aku.”

Untuk sejenak Gaby sempat terhipnotis dengan kata-kata manis Alfa, namun beberapa detik kemudian wanita itu kembali tersadar. “Kalau ternyata aku belum hamil gimana?” tanyanya.

Alfa terkekeh, ia kembali mendaratkan kecupannya pada bibir terbuka Gaby. “Itu artinya kita harus rajin olahraga malam biar berhasil.”

ALFA Where stories live. Discover now