"Iya. Lihat saja."
Angger terhenyak ketika Gemintang berdiri dan menghampiri mereka.
"Loh Mbah, kenapa kemari? Sakit? Mas, sudah makan?"
Mbah Margo tersenyum ke arah Angger.
"Tidak sakit, Den Ayu. Cuma mau ketemu Den Ayu saja."
"Oh...lha monggo pinarak masuk. Mas? Sudah makan?"
Gemintang mengulangi pertanyaannya dan menatap Angger dengan tatapan manja. Berbeda sekali dengan sikapnya tadi siang. Dan itu cukup membingungkan.
"Belum Mi. Nanti makan sama Simbah."
"Oh...ya sudah. Ga ada pasien lagi kok Mas. Ramenya tadi sore. Mungkin malam hanya satu dua saja nanti. Mari Mbah masuk."
Mbah Margo mengangguk. Gemintang berjalan sambil melipat mukenanya dan berjalan melintasi halaman lalu masuk ke lobi klinik. Langkah Angger tertahan lagi di halaman klinik.
"Coba Den Mas masuk dulu. Tanyakan Den Ayu Gemintang mau makan apa?"
Angger menatap Mbah Margo dan menunjuk dadanya sendiri. "Saya, Mbah?"
"Iya Den."
"Kok saya ngeri ya Mbah?"
"Ga papa, Den. Saya cuma mau mastikan."
Angger melangkah ragu memasuki klinik. Dia merutuk tertahan ketika mendapati lampu di lorong klinik seperti tidak nggenah. Menyala redup lalu terang. Begitu berulangkali.
Angger mendorong pintu ruang praktek Gemintang. Dan mendapati Gemintang yang sedang membenahi mukenanya ke lemari.
"Mi..."
Lagi-lagi Gemintang menoleh dengan gerakan lambat. Angger benar-benar merasa bahwa dia sangat gemas ingin mengikat rambut Gemintang dengan benar. Angger memfokuskan pandangan matanya ke mata Gemintang yang tiba-tiba saja sudah berkilat penuh kebencian padanya.
"Kenapa?"
Suara Gemintang terdengar biasa tapi penekanan di ujung kata membuat suara itu terdengar aneh dan jelas tidak bersahabat.
"Mi!"
Tak urung Angger merasa jengkel dan meninggikan suaranya. Angger berusaha mengatur perasaannya ketika akhirnya menyadari bahwa dia tidak sedang berbicara hanya dengan Gemintang.
YOU ARE READING
DARI BALIK KELAMBU
Mystery / ThrillerAngger Liveni Pananggalih itu dokter muda berdarah ningrat. Orang bilang dia tinggal di dalam tembok. Tembok keraton. Dan karena keningratannya itu di jidat Angger seakan tertulis kalimat : BUKAN UNTUK GADIS JELATA! Mungkin itu juga yang ada di piki...
Enam Puluh Delapan KETEMPELAN
Start from the beginning