Enam Puluh Delapan KETEMPELAN

Start from the beginning
                                    

"Dok, bagaimana dengan status nya?"

"Tersedia kapan saja, Sep."

"Baik, Dok."

Angger melambai ke arah Septi dan dua perawat lain yang ada di ruang jaga. Dia bergegas menuju ke masjid. Masjid masih terlihat ramai dengan beberapa orang sepertinya menyempatkan mengobrol di terasnya. Angger mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat Isya'nya.

Mengusap wajah dan memakai kaos kakinya, Angger menoleh ke arah Mbah Margo yang membenahi pecinya.

"Mari, Mbah."

Pria tua itu mengangguk dan mereka berjalan menuju pelataran parkir rumah sakit. Angger membukakan pintu mobil untuk Mbah Margo dan tanpa banyak bicara lagi, melajukan mobilnya keluar dari rumah sakit.

Tidak membutuhkan waktu yang lama ketika akhirnya Angger membelokkan mobilnya masuk ke halaman klinik. Mereka turun bersamaan.

"Pak Dokter, Bu Dokternya sedang di mushola. Sejak tadi belum keluar."

Satpam klinik menghampiri mereka dari arah pos jaga membuat mereka urung menuju lobi.

"Matur nuwun, Pak." Angger mengangguk ke arah Satpam yang membalas anggukan Angger dan kembali ke posnya. Angger mengajak Mbah Margo menuju mushola yang ada di samping klinik. Mereka melepas sepatu di undakan dan memasuki mushola. Langkah Angger terhenti ketika Mbah Margo merentangkan tangan kanannya dan mencegah dia berjalan lebih masuk.

"Astagfirullahaladzim. Ini kok jenis seperti itu yang mengikuti?"

"Apa Mbah?" Angger celingukan dan menatap Gemintang yang membelakangi mereka.

"Jenis yang tidak takut dengan bacaan ayat-ayat suci."

"Oh." Angger menelan ludahnya kelu. Pikirannya terasa menggapai gapai sebuah kesimpulan. Dan dia menyerah dengan cepat. Lalu bagaimana kalau tidak takut dengan bacaan ayat-ayat suci Al-Qur'an?

Mbah Margo terlihat mengamati mengamati Gemintang yang terdiam dengan kedua tangan menapak di karpet mushola.

"Lalu bagaimana, Mbah?"

"Tidak bagaimana bagaimana. Hanya jangan dibiarkan sendiri."

"Jenis yang berbahaya, Mbah?"

"Semua jenis itu kalau kita sudah tahu, mereka tergantung bagaimana kita memperlakukan mereka, Den Mas."

Angger mengangguk bingung dan mengusap tengkuknya yang terasa dingin.

"Eh? Astagfirullahaladzim..."

Angger beringsut. Dia kembali menelan ludah kelu ketika melihat Gemintang menoleh dengan gerakan sangat sangat lambat. Dan tersenyum aneh ke arah mereka. Entah mengapa, sikap Gemintang terlihat mengerikan. Nyaris seperti tokoh utama hantu di sebuah film horor.

Angger mengusap wajahnya dan berharap potongan potongan adegan horor yang dipersembahkan oleh Gemintang sekarang segera berakhir. Angger kembali beringsut ketika Gemintang seperti tersenyum aneh lagi ke arah mereka.

"Sebentar lagi pasti akan berpura-pura."

"Eh?" Angger menoleh ke arah Mbah Margo yang tertawa pelan.

DARI BALIK KELAMBUWhere stories live. Discover now