33. About

16 8 5
                                    

Yash, happy reading!

Cuss baca aja tanpa basa-basi.

===

"KEBAKARAN!"

Teriakan itu langsung membuat pelukan antara Faraz dan ibunya terlepas. Kata 'kebakaran' itu seolah mampu membuat trauma yang pernah ada kembali mencuat ke permukaan.

Dengan segera, keduanya berlari ke luar, untuk melihat apa dan siapa yang berterima tadi.

Pemandangan tak disangka itu mampu membuat mata heran melihatnya. Ternyata sebuah kasur yang tampak nya tengah di jemur oleh sang pemilik sudah terlahap habis oleh api.

Di samping kejadian kebakaran kecil itu terlihat anak kecil sedang mencekal sebuah korek api lengkap dengan petasan di tangannya.

Pemandangan api yang membuat Faraz terkejut, tak mampu mengalahkan keterkejutan Faraz yang melihat keduanya sahabatnya siapa lagi kalau bukan Faad dan Farhan sudah turut andil dalam pemadaman api itu.

Rasa penasaran Faraz ia kesampingkan dan bergegas membantu para warga memadamkan api supaya tidak membesar dan menjadikan kejadian yang ia alami terjadi juga oleh tetangganya.

Setelah selesai, Faraz menghampiri bocil yang tampak sedikit takut dan bingung itu. "Heh! Kamu, ya, yang nyebabin kasur itu kebakaran?!"

Anak itu menggeleng cepat. "Bukan, Kak, bukan!" elaknya.

Faraz merampas petasan dan juga korek api dari tangan anak itu. "Jangan main ginian, bahaya. Lagian bulan puasa, 'kan masih lama, kenapa main petasan sekarang?"

Saat tengah memarahi bocil yang belum tentu menjadi tersangka itu, Farhan dan juga Faad menghampiri Faraz.

"Kalian, kok di sini, ngapain?"

"Niatnya mau bantu lo, eh tadi lihat ada kebakaran kasur, ya udah mampir dulu bantuin," jelas Farhan.

Mendapat giliran berbicara, Faad angkat suara. "Nggak mau di bantuin?"

"Ya mau, lah?" jawab Faraz gembira. "Tapi ntar dulu ke rumah guenya, mau ngurus nih bocil!"

Tepat ketika menunjuk anak yang tadi berada tak jauh darinya, tiba-tiba saja ia sudah hilang. Sepertinya ia memanfaatkan momen tadi untuk kabur. Sungguh cerdas.

===

Keseharian para pelajar tentu tak jauh dari sekolah, bukan? Seperti ketiga Farhan dan teman-teman lainnya, saat ini mereka tengah belajar. Lebih tepatnya, sih sedang menunggu bel istirahat kedua di bunyikan, terutama Faad. Sedari tadi, ia terlihat sudah sangat ingin beranjak dari duduknya.

Lain dengan Farhan yang masih lengket seperti ada magnet antara ia, bangku dan juga buku Geografi di depannya. Ya, bagaimana tidak lengket, kalau saja saat ini ia sedang belajar mapel kesukaannya.

"Lama banget perasaan."

"Kok, cepat banget, sih. Perasaan baru sebentar."

Faad dan Faraz berkata kompak usai Pak Eko meninggalkan kelas.

Tak setuju dengan perkataan Faraz, Faad pun berujar," Mata lo sebentar, lama banget ini! Perut gue aja keroncongan minta di sayang. Eh—"

Baru saja hendak keluar, tiba-tiba guru yang baru saja mengampu pelajaran Geografi kembali ke kelas.

"Farhan," panggil Pak Eko.

Lagi-lagi ketiga Farhan itu menoleh bersama. Namun, dengan cepat Faad yang berada di belakang Faraz langsung menoel lengannya. "Tuh, di cari sama Pak Oke pancen oye."

Three in One FTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang