12. Togetherness

30 17 27
                                    

Malam-malam makan mie
Awas lemak nambah

Bukan pantun ye. Happy reading!!

Malam ini, ketiga trio f itu berjanjian untuk ke cafe dekat rumah Faad. Seperti biasa, Faraz dan Farhan mendengarkan Faad bernyanyi. Ada sesuatu yang beda dari biasanya, yaitu Faraz duduknya berjauhan, tidak satu meja dengan Farhan.

Pengunjung cafe tampak menikmati makanannya sembari mendengarkan lagu yang dibawakan oleh Faad. Suaranya begitu menenangkan dan sopan untuk didengar. Di tengah suasana hening, tiba-tiba terdengar suara teriakan dari pegawai cafe itu terdengar.

"Pesanan atas nama Farhan." Suara itu terdengar beberapa kali.

Jawaban bersamaan terdengar. "Punya saya, Mas."

Faraz dan Farhan kompak mengangkat tangan.

"Eh, itu pesanan gue, ya! Nama gue Farhan, lo Faraz," sentak Farhan tak terima.

Dengan muka yang memerah, Faraz tak kalah lalu ikut menyentak. "Nama gue juga Farhan, bege!"

Perdebatan itu membuat bingung pria yang membawa nampan yang sedari tadi ia bawa berputar-putar mencari sang pemesan.

"Ini pesanannya jus alpukat sama BBQ chicken wings," ujar pria itu. Kemudian ia menatap keduanya secara bergantian. "Jadi punya siapa?"

Dengan cepat, Farhan menjawab, "BBQ chiken wings punya gue."

Setelah itu, baru Faraz yang bersuara. "Jus alpukat punya gue."

Pria itu melongo. "Bisa-bisanya pesanan sendiri tadi lupa. Pakai debat segala lagi," geruta pria itu dalam hati.

Setelah selesai meletakkan pesanan keduanya, bukannya langsung pergi pria itu diam ditempat. Tangannya masih mencekal nampan. Kemudian ia bertanya, "Mas berdua ini benar namanya Farhan?" Keduanya mengangguk.

Belum selesai dengan pertanyaannya, pria itu masih bergeming di tempat lalu melanjutkan bicaranya. "Nama saya juga sama, kok."

Tiba-tiba Faraz tersedak minuman kala mendengar pengakuan dari pelayanan itu. "Yang benar?"

"Tapi bohong." Tanpa berdosa, pria itu lantas pergi ketika usai mengucapkan hal itu.

Keduanya merutuk, terutama Faraz yang sudah begitu percaya tadi.

Semakin malam, pengunjung cafe semakin ramai. Faad meminta yang lain untuk menggantikan bernyanyi.

"Oh jadi, lo nggak mau duduk sama gue nih? Lebih milih dia daripada gue?" Begitulah kalimat yang keluar dari mulut Faraz ketika melihat Faad duduk bersama Farhan ketimbang dirinya.

Faad meletakkan jari telunjuknya di depan mulut, mengisyaratkan Faraz untuk diam. "Jangan ngomong gitu di tempat ramai, nanti dikira kita ada apa-apa lagi lo bilang gitu!"

Melihat air muka Faraz yang tak bersahabat, tanpa ingin memperkeruh suasana Faad kembali bersuara. "Sini aja ngapain, sih! Gue mau berguru dulu sama Farhan."

"Berguru apaan? Berguru buat ngejebak pertanyaan bodoh lewat game tadi siang? Iya?!"

Usai mengatakan itu, Faraz kembali mengingat kejadian tadi siang yang membuatnya berada di sini sekarang. Karena game itu, Faraz harus mentraktir mereka. Hal itu yang memicu kemarahan Faraz hingga tak ingin duduk bersama Farhan.

Mendapat kode dari Farhan, segera saja Andri melontarkan pertanyaan. "Kenapa lo perhitungan banget?"

Wajah Faraz memerah mendengar pertanyaan itu. Antara malu dan kesal bercampur menjadi satu.

Three in One FWhere stories live. Discover now