1. Three boys

133 45 85
                                    

"Lagi video call siapa sih, Fad?" tanya pria yang baru saja masuk.

Pria yang di sapa Fad itu berdecak kesal. "Apaan sih, orang lagi VC sama ibu gue."

"Kirain sama pacar lo," ejeknya.

"Tiap hari ketemu ngapain video call. Cari pacar makanya, Far." Faad menjawab tanpa menatap lawan bicaranya.

Kini giliran pria itu yang dibuat kesal karena jawaban dari Faad. Ia baru teringat mengenai tujuan awalnya datang ke rumah temannya itu.

"Fad, jenguk Farhan yok. Masih sakit dia," ajaknya.

"Lo masih sehat gitu, kok." Lagi-lagi jawaban Faad membuat pria yang di panggil Far itu kesal setengah mati.

Ia meraih bantal yang ada di sofa lalu melemparkan tepat di wajah Faad. "Farhan Aditya Zayyan, pinter. Bukan Farhan Thomi Azizan yang ganteng ini!" sentaknya.

"Makanya, kalau ngomong yang lengkap! Nama kita kan sama-sama Farhan." Faad yang tak terima melakukan hal serupa yaitu melempar bantal itu balik.

Sudah setahun lebih mereka berteman sejak di pertemukan dengan takdir nama yang sama. Tak jarang jika ada yang memanggil nama Farhan ketiganya masih menoleh bersama. Padahal, sudah di beri kesepakatan untuk memberikan nama panggilan supaya tidak bingung. Farhan Adelard Bhadrika di panggil Faad, Farhan Thomi Azizan di panggil Faraz dan Farhan Aditya Zayyan tetap di panggil Farhan.

Setelah cukup lama berdebat, akhirnya mereka berdua bersiap untuk berangkat menjenguk Farhan yang sedang sakit.

"Nanti mampir pom bensin dulu ya, bensin limit," ucapnya dengan senyuman penuh arti.

Paham dengan maksud Faraz, dengan cepat Faad menyahut, "iya gue yang bayarin bensinnya ntar!"

"Dasar perhitungan banget, nggak mau keluar duit sedikit pun." Faad berujar dengan suara lirih tetapi masih sampai di pendengaran Faraz yang sudah memakai helm.

"Gue denger lho, ya!" ketusnya.

"Bagus dong. Berarti lo nggak budeg," sahutnya santai sembari memakai helm lalu mendaratkan bokong di jok belakang motor matic milik Faraz.

Faraz yang mengendarai motornya menancap gas dengan kecepatan tinggi dan membuat Faad berulang kali memukul kepala Faraz yang terbungkus helm full face itu.

===

Butuh waktu sekitar empat puluh menit dari rumah Faad untuk menuju ke rumah Farhan.

Sesampainya di rumah Farhan, satpam rumahnya langsung membukakan gerbang dan motor mereka langsung melesat masuk ke halaman rumah yang cukup luas itu.

Pemandangan yang pertama kali mereka lihat saat masuk ke kamar Farhan adalah kamar yang penuh dengan tulisan bahasa Inggris. Sang pemilik sedang tertidur lelap di bawah selimutnya. Dengan kurang ajarnya, Faad membangunkan Farhan menggunakan kamus yang terletak di nakas dekat tempat tidurnya untuk menutupi wajah yang sedang terlelap itu.

"Mama, mati lampu!" teriak Farhan dengan kamus yang masih menempel di wajahnya hingga menutupi indra penglihatan dan membuat pencahayaan tidak menembus netranya.

Faad yang panik langsung mengambil kamus itu. "Sorry-sorry," ujar Faad menyesal.

"Jangan gitu dong, Fad! Gue yang namanya Farhan merasa sakit hati juga lo gituin," timpal Faraz.

"Bacot lo!" Faad merebut paksa buah yang ada di tangan Faraz.

"Ini buah dari gue, Faraz nggak bawa apa-apa ke sini." Faad mengintip reaksi Faraz melalui ekor matanya.

Three in One FWhere stories live. Discover now