19. Jogja city

20 14 6
                                    

Happy reading, Prendsil.

Ada typo komen ya!

Kalian baca ini jam berapa?

Spam nama Farhan di sini yok!

Kalau bisa komen setiap line ya wkwk🦄

===

Setelah memutuskan dan karena terus didesak oleh Faad, Farhan dan Faraz akhirnya mau menemani Faad untuk pulang ke Jogja. Mereka berangkat menggunakan mobil pribadi milik mamahnya Farhan. Rini rela berangkat ke kantor menggunakan taksi dan mengizinkan anaknya untuk memakai mobil meski ia sedikit was-was karena perjalanan cukup jauh dan baru pertama kali. 

"Kamu beneran berani bawa mobil, Farhan?" tanya Rini.

"Berani, Mah. Pinjam dulu ya mobilnya."

"Take care, ya!"

Rini membantu menyiapkan perlengkapan yang Farhan bawa. Farhan berangkat dari rumah menuju kediaman Faad. Faraz juga menuju ke situ untuk berangkat ke Jogja siang hari ini.

Sesampainya di rumah Faad, terlihat Faad dan Faraz telah bersiap dan menunggu kedatangan Farhan.

"Lama banget dah," ujar Faraz saat memasuki mobil Farhan.

"Ya, 'kan gue juga perlu siap-siap!" balas Farhan. "Barangnya nggak ada yang ketinggalan? Udah masuk ke bagasi semua?"

"Udah," jawab Faraz dan Faad kompak.

Jika bukan karena Faad yang terus memaksa dan karena solidaritas mereka yang tinggi, mungkin Farhan dan Faraz tidak akan mau meninggalkan sekolah untuk menemani Faad menemui bapaknya yang sedang sakit.

Tentu saja banyak drama sebelum akhirnya menyetujui.

"Plis mau, ya," pinta Faad. "Gue nggak bisa hidup jauh-jauh dari kalian."

Ucapan Faad tentu saja membuat Faraz dan Farhan kompak bergidik.

"Ngebujuk nyokap kita gimana? Terus izin ke sekolahnya gimana? Pasti nggak bakal diizinin gitu aja kita kompak nggak gini pergianya." Dari nada bicaranya, sepertinya Faraz terlampau frustasi karena desakan Faad sedari tadi. Akan tetapi, ia juga kasihan kepada Faad.

Bagaimana jika Faad tidak bisa bertemu bapaknya dan ternyata saat ini adalah kesempatan terakhir bertemu? Itulah yang ada di pikiran Faraz.

Setelah diam untuk berpikir cukup lama, Farhan ikut menyahut, "Actually, sekarang gue juga lagi ada kegiatan ngajar anak-anak bareng Lita, sih. Apa nggak apa-apa kalau dia ngajar sendiri?"

"Ah kalian mah gitu," rengek Faad. Merasa kesal, Faad mengambil alih monyet jenis capuchin itu dari tangan Farhan, lalu ia meninggalkan mereka ke kamar.

Selang beberapa menit mempertimbangkan, akhirnya setuju untuk ikut ke Jogja.

"Oke kita bakal coba izin ke nyokap sama guru besok. Keluar lo!" teriak Faraz di depan pintu kamar Faad.

Begitu keluar, Farhan menyerbunya dengan usulan. "Monyetnya lo titipin ke Mocca, ntar gue juga mau ngomong ke Lita supaya dia ngajar anak-anak sendiri untuk Minggu ini."

"Naik apa kita ke sana?" tanya Faraz. Faad nampak memikirkan pertanyaan Faraz. Ia juga belum membeli tiket atau sekedar merencanakan akan naik apa ke sana.

Menyetujui usul dari Farhan, Faad pun meminta bertemu dengan Mocca hari itu juga. Bukan, bukan di rumahnya melainkan di jembatan yang berada di tengah danau.

Three in One FTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang