27. Dark night

15 11 6
                                    

Selamat membaca!

Kalau ada komen, typo yaw! Eh kelabik.

Ah sudahlah gas baca aja.

===

Semenjak ulang tahun Faad ke-17 itu, semuanya menjadi berubah. Dari yang tadinya Faad menumpang Faraz, sekarang tidak. Saat tiba di rumah, Faad juga bisa melihat kedua orang tua nya yang masih stay di Jakarta.

"Pak, Bu, kalian balik kapan?"

Ruang makan yang semula hanya berisi dengan suara sendok dan piring yang saling bergesekan, kini suara Faad terdengar di meja makan itu.

"Kenapa? Nggak betah ada kita di sini?" sahut Abimanyu.

"Ya nggak gitu, Pak. Farhan cuman tanya aja."

"Besok pagi, kayaknya." Kini Ratih menjawab.

Sendok yang semula di tangan Faad kini ia letakkan di atas piring, ia berhenti makan. "Kok, cepat banget. Jadi sepi lagi dong rumah ini."

Abimanyu telah menghabiskan makanannya terlebih dahulu. Kemudian ia meneguk air putih. "Itu ada monyet."

Oh iya, jangan lupakan monyet kecil yang entah dari mana berasal tiba-tiba datang ke tempat Faad. Monyet itu masih belum juga menemukan pemilik aslinya, atau memang ditakdirkan untuk Faad memelihara monyet itu?

"Monyet nggak bisa marahin sama masakin Farhan."

"Kalau mau di marahin sama di masakin, ikut kita pulang besok." Hal tidak mungkin yang akan menjadi pilihan Faad itu akhirnya membuatnya terdiam.

"Setahun lagi berarti," jawab Faad. "Pak, Faad bikin KTP-nya tahun depan aja nggak apa-apa, 'kan?"

Abimanyu bangkit dari duduknya, kemudian menjawab, "Terserah."

Sekarang ruang keluarga hanya terisi oleh Faad dan Ratih.

"Kayak cewek aja kalau di tanya terserah jawabannya," gerundel Faad.

Dengan cepat Ratih langsung berujar, "Nggak boleh gitu, ya sama bapak! Kalau buat KTP kalau bisa ya secepatnya."

"Kan, Farhan belum butuhin."

Ratih hanya bisa menggeleng heran. Entah meniru siapa keras kepalanya itu.

===

Di waktu yang sama dan di tempat berbeda, keluarga Farhan juga sedang makan malam. Bedanya hanya berisikan Farhan dan mamahnya, tidak lengkap seperti keluarga Faad. Sepertinya Faad harus bersyukur karena masih mempunyai keluarga utuh.

"Mah, Farhan mau les private Inggris, boleh?" tanya Farhan ketika sudah selesai makan.

"Boleh."

"Eh, les online berbayar aja deh," ralat Farhan.

"Boleh."

"Eh kalau les online kurang efektif. Mending kursus aja deh."

"Iya, boleh. Terserah kamu."

Farhan berbinar mendengar jawaban dari mamahnya yang selalu menuruti keinginan. Hampir tidak pernah ada larangan, kecuali mungkin kalau Farhan izin mencuri pasti langsung di marahi habis-habisan.

Three in One FTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang