23. Menyamar

18 11 7
                                    

Happy reading.
Selamat malming para jombloing.

===

Dalam perjalanan, Faad hanya terdiam. Tak ada sepatah katapun yang keluar. Kecanggungan mendadak melanda.

Sudah beberapa kali Farhan dan Faraz meminta maaf, tetapi tidak juga mendapat jawaban. Circle mereka memang beda, tak seperti kebanyakan circle lainnya, dimana yang merasa bersalah harus meminta maaf, bukan malah bilang baperan.

Sesampainya di depan rumah Faad, masih tak ada sepatah kata yang keluar. Nampaknya Faraz dan Farhan juga memahami temannya itu. Kecewa memang kadang yang membuat semua berubah, entah sekecil apapun kebohongan yang dilakukan.

"Fad, kita nggak ditawarin mampir?" tanya Faraz berharap sahabatnya itu menyahut. Nihil, Faad hanya melenggang pergi begitu saja.

"Lo sih, Faad jadi marah, 'kan! Habis liburan malah berantem." Farhan memarahi Faraz.

Di dalam mobil yang tinggal berdua, tercipta kegaduhan karena pertengkaran.

===

"Gofut." Tampak seorang lelaki berjaket ojol dan helm berwarna hijau itu berteriak di depan pintu rumah Mocca. Tak lupa dengan masker yang menutupi sebagian wajahnya.

Mocca yang masih dengan setengah sadar karena tertidur sore hari itu membuka pintu dengan malas.

"Saya nggak ada pesan makanan, Mas."

"Katanya ini dari orang spesial, Neng."

Dengan ragu Mocca menerima makanan yang diberikan ojol itu.

Usai Mocca menerimanya, tetapi lelaki itu tak beranjak, malah menatapnya. Tentu saja hal itu membuat Mocca kebingungan sekaligus ketakutan. Bagaimana kalau ojol itu mesum? Sementara dirinya hanya seorang diri di rumah. Orangtuanya sedang pergi ke luar.

Memberanikan diri, Mocca bertanya, "M-mas, kok masih di sini?"

"Nggak mungkin saya harus bayar, 'kan? Katanya ini di kasih," lanjut Mocca.

Ojol itu hanya menggeleng. Ojol itu sangat tertutup sehingga sulit untuk Mocca mengenali wajahnya.

"Gimana kalau dia om-om pedo, atau psychopat," batin Mocca ketakutan.

Seketika ojol itu berbicara dan membuyarkan lamunan Mocca yang menerka-nerka siapa sebenarnya ojol tidak jelas ini.

"Aku kangen sama kamu, Sayang," ujar ojol itu. Muka Mocca cengo mendadak. Apa tadi katanya? Mocca sudah punya hey.

Saat hendak marah-marah, tiba-tiba Mocca merasa tidak asing dengan suara yang selalu memanggil sayang.

"Aku juga," sahut Mocca. "Mau masuk?"

Entahlah, ucapan dan tawaran dari Mocca sepertinya mempunyai arti tersendiri. Mocca sedang merencanakan sesuatu sepertinya.

Bukannya masuk, ojol itu malah membeku di tempat.

"Ternyata kamu gitu, ya, dibelakang aku."

Tepat. Dugaan Mocca sangat tepat, ojol jadi-jadian itu ternyata pacarnya. Terbukti saat Faad membuka masker dan helm nya. Tawa Mocca langsung pecah. Berbeda dengan Faad yang mendadak kesal.

Three in One FWhere stories live. Discover now