5. Bad Weekend

56 29 49
                                    

Malam-malam makan puding
Para Prendsil, happy reading

Jalanan pagi ini dipenuhi oleh orang berjoging. Pada hari libur seperti ini merupakan waktu yang pas untuk berolahraga setelah seminggu penuh dengan kegiatan yang sangat padat.

Seperti ketiga pria yang tengah asik berlari dan sambil bersenda gurau. Terlihat handuk kecil melingkar di leher masing-masing. Salah satu dari mereka yang mengenakan kacamata itu terlihat lemas dan napasnya memburu. Ia membungkukkan badan dan memegang lutut dengan tangannya. Temannya yang melihat, sontak terpaksa ikut berhenti.

"Kenapa sih, Han? Baru dua kali putaran lari udah gitu."

"Lemes. Nggak kuat lari lagi gue," jawabnya dengan napas tersengal.

Pria yang berkacamata itu adalah Farhan. Sementara yang bertanya itu-lebih tepatnya memprotes adalah Faad.

Raut wajah Faad sedari tadi seperti tidak bersahabat. Bawaannya marah-marah terus. Mungkin akibat kedua sahabatnya itu yang datang pagi-pagi buta untuk mengajaknya jogging. Selain rasa kantuknya, yang menjadi masalah lain adalah pagi ini seharusnya ia ada acara bersama pacarnya, tetapi harus tertunda. Katakanlah Faad terlalu lebay.

"Nih, minum." Faraz melempar botol air mineral itu kepada dua temannya yang duduk di bangku. Untung dengan sigap mereka menangkap botol itu.

"Itu tadi belinya pake duit gue." Faraz meneguk minumannya hingga tinggal setengah. "Jangan lupa bayar."

Perkataan Faraz sukses menambah kekesalan Faad. "Lo mau dibayar minumannya?"

Faraz menjulurkan tangannya. Bersiap untuk menerima yang akan diberikan Faad. Nyatanya, bukannya uang yang Faad keluarkan, justru air liur yang siap akan terjun ke tangan Faraz. Beruntung, Faraz langsung menarik uluran tangannya untuk menghindari air menjijikkan itu.

"Kebiasaan, lo! Nggak asik ah, mainannya air liur. Gue kira udah tobat," pekik Faraz.

"Lagian, lo timbang minuman gitu aja minta ganti."

Alih-alih mendengar Faad, pandangan Faraz terfokus pada perempuan yang mengenakan hoodie dengan rambut dikuncir kuda. Kulit putihnya terlihat memerah karena terkena sinar matahari.

Botol kosong yang mengenai kepala Faraz dan menyadarkan ia dari perempuan yang tengah beristirahat. Sepertinya ia baru berlari.

"Anjir! Siapa sih yang nimpuk," teriaknya. "Pasti lo, 'kan Fad?"

Faad sebagai tersangka langsung mengangguk. "Iya, kenapa?"

"Udah dua kali gue pergokin lo liatin cewek. Yang pertama cewek gue, terus sekarang cewek itu. Pacaran gih," sambung Faad.

"Nggak dulu,"jawabnya singkat.

Memang, di antara mereka bertiga, Faraz dan Farhan lah yang paling anti untuk berpacaran. Faad lah yang paling bucin di antara ketiganya.

Melihat Farhan yang diam dan sepertinya terlihat sudah kembali seperti biasa keadaannya, Faraz mengajak Farhan untuk menghampiri perempuan itu.

"Fad, ayo samperin cewek itu," ajak Faraz. Akan tetapi, Faad malah menolak dengan alasan masih capai dan ingin menghubungi Mocca. Sungguh bucin akut.

===

"Lo cewek kemarin, 'kan?" Sesampainya di tempat perempuan itu, tanpa basa-basi Faraz langsung mengagetkannya.

"You?" pekiknya.

Wajah Faraz terlihat menahan kesal. Entah kenapa ia terlihat sangat kesal dengan perempuan yang mengerjainya itu. "Nggak usah you you an! Yuyu kangkang apa?!" sentaknya.

Three in One FKde žijí příběhy. Začni objevovat