48. MUNGKINKAH?

Mulai dari awal
                                    

Cup

Alfa yang panas mendengar ocehan istrinya langsung membungkam bibir mungil di depannya dengan cepat. “Bawel banget sih mending bantuin aku cari tas terus kita berangkat.”

Gaby mendengus, “Tas kamu ilang?”

Laki-laki itu mengangguk, “Kayaknya.”

Mendengar hal itu Gaby lagi-lagi mengomel sambil membongkar barang-barang di sekitarnya untuk mencari tas hitam milik Alfa.

“Nih pasti kerjaan kamu yang lupa narohnya dimana masa iya cuma tas doang bisa hilang?”

“Lagian aku udah sering bilang sama kamu kalau sore tuh disiapin biar gak kejadian kayak gini ngeyel banget jadi orang,” lanjutnya.

Alfa hanya memutar bola matanya malas saat istrinya mulai mengomel sama seperti Mamanya, sedangkan Gaby masih terus mencari dengan teliti. 5 menit kemudian perempuan itu tidak sengaja mengangkat bantal sofa yang tergeletak di bawah kakinya, dan tas yang sedang mereka cari ternyata ada disana. Dengan kesal Gaby langsung melemparkannya ke hadapan sang pemilik dengan kasar.

“Tuh, lain kali nyari pake mata gak pake mulut.”

Gaby yang terbakar emosi segera keluar dari apartemen meninggalkan manusia menjengkelkan di belakangnya. Sampai di parkiran pun dia masih betah mengomel ketika melihat Alfa menaiki motornya.

“Kenapa nggak pake mobil?” Gaby menatap heran pada suaminya.

Lelaki yang sibuk dengan helmnya itu lantas menoleh. “Nanti kalau kita pake mobil malah kena macet makanya aku pilih pake motor biar cepet.”

Gaby cemberut mendengarnya. “Tapi kan aku pake rok.”

“Terus?” Alfa menaikkan sebelah alisnya.

“Ck, dasar nggak peka.” Gaby dengan sewot mengambil helm yang ada di jok belakang lalu memakainya kasar.

Alfa terkekeh melihat tingkah Gaby yang akhir-akhir ini berbeda dari sebelumnya. Istrinya itu jadi suka manja dan jauh lebih sensitif hanya karena hal-hal kecil di sekitarnya. Terkadang sampai membuatnya bingung sendiri untuk menanggapinya.

Tidak ingin menambah kekesalan Gaby, Alfa lantas membuka jaketnya dan melilitkannya pada pinggang Gaby. “Buat sementara, aku gak suka apa yang udah menjadi milik aku dilihat sama orang lain.”

Perempuan itu mengangguk dan segera naik ke atas motor. Beberapa detik kemudian Alfa langsung tancap gas, membawa kendaran roda dua miliknya melaju sangat cepat. Refleks Gaby pun memeluk pinggang Alfa erat-erat.

“Alfa, pelan-pelan! Kamu mau ajak aku ke akhirat apa gimana sih?!” seru Gaby sambil memegangi helmnya yang terasa mau copot akibat angin yang begitu kencang menerpanya.

“Santai aja kenapa sih, Yang? Suami lo ini kan pembalap,” balas Alfa santai.

“Tapi aku takut jatuh Alfa!”

Pemuda itu sejenak melirik dari kaca spion dan benar saja istrinya terlihat hampir menangis di belakang punggungnya. Dengan perlahan ia mengurangi kecepatan motornya.

Merasa motor yang Gaby tumpangi mulai melaju dengan stabil dia mulai memberanikan diri untuk membuka matanya. Dan hal pertama kali yang ada di hadapannya adalah halaman sekolah. Bukannya tadi masih di jalan ya? batinnya.

“Kok cepet banget?” Gaby menggaruk pipinya sebelum turun dari atas motor.

Alfa menarik Gaby untuk mendekat setelah memarkirkan kendaraannya dengan benar. Cowok itu kemudian membukakan helm yang masih melekat di kepala sang istri.

ALFA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang