Enam Puluh Enam PENOLAKAN

Start from the beginning
                                    

Angger menoleh pada Ibunya yang duduk di ruang tunggu dengan tatapan mata yang masih tertuju pada Gemintang dan Banyu Biru yang berjalan di lorong.

Angger menoleh pada Ibunya yang duduk di ruang tunggu dengan tatapan mata yang masih tertuju pada Gemintang dan Banyu Biru yang berjalan di lorong

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Mas Banyu Biru itu arsiteknya Gemintang. Mereka profesional. Dan Angger percaya sama Gemintang, Bu. Mereka juga ga berdua saja. Ada Mas Kelik dan Pak Ndaru mau ikut ke Bantul."

Angger menoleh ke arah Bapaknya yang menghela napas lelah.

"Ini nunggu apa lagi, Bu?"

"Sebentar, nunggu Laras dulu. Dia juga mau ngajar kelas malam kok."

Angger beranjak ketika Dokter Agung datang bersama dengan seorang dokter magang.

"Dokter Angger, mari."

Angger mengangguk dan ikut masuk ke ruang inap. Evaluasi apapun seharusnya cukup dijelaskan oleh Dokter Agung namun sepertinya keluarga itu membutuhkan Angger untuk membantu mereka.

"Sudah boleh pulang besok pagi. Untuk selanjutnya kontrol 3 hari kemudian, Pak Alamsyah. Tolong dijaga pola makannya dan istirahat yang cukup."

Mereka mendengarkan dengan seksama penjelasan Dokter Agung walaupun Angger mendapati Laras dan Ibunya terlihat acuh. Setelah mengantar Dokter Agung keluar dan berbincang sejenak, Angger kembali ke ruang inap.

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan ya Pak. Sesuai anjuran Dokter saja. Nanti saya bantu pantau kalau memang ada keadaan mendesak. Saya harus permisi dulu."

"Ngger. Ini nanti kamu ikut jaga atau tidak?"

"Ga usah Bu. Istrinya Mas Angger itu kan sedang hamil. Mungkin butuh apa-apa. Saya sudah ijin dari kampus untuk off hari ini."

Angger menunduk dan menghela napas pelan. Jadi Ibunya pun memberi tahu Laras kalau Gemintang sedang hamil.

"Ya kan banyak orang di rumah. Kalau disini kan susah kalau kamu butuh apa-apa."

"Di sini banyak perawat dan penjaga, Bu. Tidak usah khawatir. Angger baru saja shift malam jadi harus tidur sekarang."

Angger menatap Ibunya yang terdiam. Dia mengangguk dan keluar. "Angger tunggu di lobi, Pak, Bu."

Angger keluar dan menutup pintu perlahan. Sepanjang lorong dia meregangkan tubuhnya. Dia turun ke lantai dasar melalui tangga. Dia berjalan ke ruang istirahat para dokter di samping ruang IGD.

 Dia berjalan ke ruang istirahat para dokter di samping ruang IGD

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
DARI BALIK KELAMBUWhere stories live. Discover now