51. SELAMAT DATANG AYAH

Mulai dari awal
                                    

Kejora mana ya kenapa gak ke sini?
Kejora benci ya sama Papa?
Kangen liat anak Papa yang cantik dia sibuk sekolah ya sekarang?
Batra adik kamu kenapa gak ikut ke sini juga? Dia sakit? Atau kenapa?
Batra Papa titip salam sama Kejora semoga dia nanti mau mengunjungi Papa di sini

Beberapa waktu lalu Kejora sangat tidak ingin mendengar namanya. Bahwa Kejora sangat tidak ingin bertemu dengannya karena di sekolah selalu jadi sasaran bertubi-tubi oleh teman-temannya. Mulai dari loker sekolahnya, meja kelasnya, jendela kelasnya sampai teman-temannya yang selama ini ia percaya pernah meninggalkannya karena hal tersebut.

“Aku tau ini berat buat kamu. Tapi dia gak salah Ra,” ucap Galaksi.

Kejora menoleh. “Aku selama ini gak pernah ke sini Gal. Aku malu ke sini.”

“Kamu kan enggak tau Ra. Gak perlu malu untuk sesuatu yang kamu gak tau.”

“Aku tega banget ya Gal selama ini?”

“Jangan terus-terusan nyalahin diri sendiri kaya gini Ra. Kejora yang aku kenal itu percaya diri, berani dan dewasa kalau ngambil keputusan. Kasianin diri kamu Ra. Dia gak salah apa-apa. Jangan terus menyalahkan dia,” ujar Galaksi padanya.

Begitu melihat sepatu hitam itu diantar beberapa orang yang menjaganya, pengacara, juga orang-orang kepercayaan Ayahnya. Kejora mengangkat wajah lalu memperhatikan wajah Ayahnya. Ada binar kejut di mata Ayahnya saat melihat Kejora. Kali ini Kejora lebih cantik dari pada yang terakhir kali pernah ia lihat.

Martin Wirawan—ayah Kejora berjalan membuat Kejora terpaku di depannya.

“Kejora,”begitu panggilan itu bersua Kejora bergerak maju untuk memeluknya. Membuat Martin terkejut kaku.

“Maafin Kejora,” gumam Kejora. “Maaf karena enggak pernah dateng ke sini.”

Martin menepuk-nepuk punggung anaknya. “Enggak pa-pa kamu pasti benci sama Papa kan?”

Kejora menggeleng. “Kejora bahkan gak tau harus bilang apalagi sama Papa. Kejora malu dateng ke sini.” Setetes air mata Kejora terjun dari sudut matanya membuat Galaksi yang ada di sampingnya terus memperhatikan perempuan itu.

“Ada banyak salah paham diantara kita. Kita akan jelaskan nanti di rumah ya?” ujar Ayahnya.

“Di rumah?” Kejora mengulanginya.

“Iya di rumah Ra. Kamu udah lama gak pulang kan? Rumah itu masih jadi punya kita Ra.”

“Ada banyak orang yang bantu Papa. Bahkan selama Papa di rutan. Mereka membeberkan bukti-bukti bahwa Papa gak pernah melakukannya. Bahkan semua bukti transfer juga pemasukan Papa. Papa gak pernah ngasih makan anak Papa yang cantik ini pake uang yang gak bener Ra,” mendengar itu keluar dari mulut Ayahnya membuat Kejora menahan diri untuk tidak menyalahkan dirinya lebih dalam.

“Kamu kenapa nangis? Anaknya Papa gak boleh nangis,” ujar Martin membuat Kejora menunduk—menyesali perbuatannya yang abai dan tidak pernah ke sini.

Galaksi menatap banyak sekali orang-orang Ayah Kejora. Mereka menggunakan stelan berwarna hitam. Sepatu yang sama. Bahkan mereka bergerak untuk menjaga Ayah Kejora. Galaksi tahu Kejora bukan dari kalangan orang biasa dulunya tapi kali ini sepertinya Galaksi harus membuka mata tentang siapa Kejora juga keluarganya yang tidak main-main ini.

“Galaksi?” panggilan itu membuat Galaksi menegakkan tubuhnya menatap Ayah Kejora.

“Selamat Om atas kebebasannya,” Galaksi tersenyum simpul.

“Apa anak saya mengalami hari-hari yang menyenangkan selama di sekolah? Saya dengar dia sering diperlakukan dengan tidak baik di sana. Apa itu benar?” tanya Martin dengan suara otoriternya membuat Galaksi menoleh pada Kejora, meminta bantuan.

GALAKSIKEJORA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang