"Serius kamu ingin membantunya?"

"Iya, Dok!"

Dokter Renata pun mulai menceritakan semuanya dari Starla yang awalnya memiliki self-harted atau membenci diri sendiri karena ia selalu gagal memenuhi ekspetasi dan tuntutan dari kedua orang tuanya lama-kelamaan semakin parah hingga ia mengalami self-harm atau menyakiti dirinya sendiri untuk mencari ketenangan dan pelampiasan. Dokter Renata juga menceritakan bentuk self-harm yang dialami oleh Starla yaitu membuat luka sayatan di kulitnya sendiri, menjambak rambutnya sendiri hingga rontok, membenturkan kepalanya sendiri ke tembok hingga keningnya berdarah. Dan akhir-akhir ini trauma Starla sempat kambuh.

Rigel meringis mendengar itu, Starla yang membuat warna-warni dihidupnya ternyata hidup gadis dipenuhi oleh awan hitam. Rigel kecewa dan benci pada dirinya sendiri karena telah menyakiti Starla. Rasa bersalah Rigel semakin menjadi ketika ia mulai mengetahui fakta-fakta tentang Starla. Ia merasa bahwa ia adalah manusia paling jahat. Starla sudah terluka dan ia ikut berkontribusi dalam menambah luka.

"Mungkin secara fisik Starla memang sehat. Tapi mentalnya? Bergantung pada obat-obatan. Tidak ada kesehatan tanpa kesehatan mental. Kamu adalah orang yang Starla cintai, saya yakin kamu bisa membantu Starla agar cepat sembuh. Kita sama-sama support Starla ya?"

***

Rigel baru saja sampai di rumahnya, ia melihat Adipati yang tengah duduk di bangku teras sedang sibuk dengan laptopnya sambil menikmati secangkir kopi dan biskuit roma.

"Gimana, Yah? Mereka udah tau Starla tinggal dimana?" Tanya Rigel.

Adipati mengalihkan pandangannya yang semula ke laptop kini ke putra sulung kebangaannya. "Belum, maaf ya? Nanti Ayah tambah deh anak buahnya. Semakin banyak yang nyari, semakin cepat ketemu. Kamu bantu doain aja dan jangan lupa bersabar."

Rigel hanya mengangguk.

***

Pukul 08:00 Starla baru saja membuka matanya karena mendengar bel di unit apartemennya berdering puluhan kali. Dengan malas-malasan dan terpaksa Starla pun bangkit dari tidurnya, segera membuka pintu unit apartemennya.

Ceklek

"Morning!" Ucap Geraldine dengan senyum lebarnya.

Starla menatap Geraldine dari ujung rambut hingga ujung kaki. Cowok itu memakai seragam lengkap walaupun terlihat acak-acakan. "Lo mau sekolah kenapa nyasar sampai sini?"

"Gue lagi males sekolah, yaudah bolos kesini aja yang aman. Kalau pulang ke rumah ntar tercyduk ama nyokap gue, bisa brabe urusannya."

"Kenapa males?"

"Kasihan sama otak gue, dia minta istirahat. Kalau gue maksa dia buat mikir terus yang ada dia malah mati, terus gue nggak punya otak lagi. Siapa yang rugi? Gue sendiri kan." Jawab Geraldine yang langsung nyelonong masuk ke unit apartemen Starla tanpa permisi seperti masuk ke rumah sendiri.

"Nggak sopan banget lo!"

Geraldine tak menghiraukannya, cowok itu malah sibuk menyiapkan bubur ayam yang sempat ia beli di pinggir jalan sebelum ke apartemen Starla.

ALTARIGELWhere stories live. Discover now