"Gue paham, lo selesain dulu aja urusan lo. Nanti kalau ada kabar baik mengenai Sera, gue bakal kabarin lo. Lo tenang aja, Sera dan Resha akan aman ditangan Dero ganteng" ucap Dero membusungkan dadanya.

"Najis!" sahut Resha.

"Bebeb Echa kok hari ini julid banget sih! Pedes banget kalau ngomong. Jangan-jangan bebeb Echa abis makan cabe-cabean sekolah ya?" Tuduh Dero.

Orlan membalikkan tubuhnya dan meninggalkan mereka semua. Tujuan Orlan saat ini adalah rumahnya. Karena ada sesuatu yang harus ia urus.

Ia segera mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi dan mengabaikan sumpah serapah yang ditujukan orang untuknya. Orlan mengabaikan luka yang masih bersemayam ditubuhnya, luka yang baru diobati beberapa jam yang lalu.

Sesampainya dijalan rahasia, Orlan memarkirkan motornya dan menyibak jalan rahasia itu. Orlan melihat arah sekitar, dan tampak sepi tanpa penjagaan. Maka dari itu, ia langsung berlari masuk ke dalam rumahnya.

"Kemana foto yang gue dapet waktu itu?" tanya Orlan kepada dirinya sendiri sembari membuka semua laci yang ada di kamarnya.

"Ah gue inget!" ucap Orlan membuka laci disamping tempat tidurnya.

Orlan menatap foto itu dan membalikkannya, dan menatap kembali tulisan yang ada dibelakang foto itu (Part 10).

"Gue harus menyelinap ke Rumah Utama kan?" seringainya.

Orlan kembali keluar dan mengendap-endap menuju Rumah Utama dengan sangat berhati-hati. Orlan masuk ke rumah utama melalui pintu belakang, ternyata ada Bi Muna disana.

"Ssttt! Bi!" Panggil Orlan.

"Eh Den Orlan, ngapain ke sini? Kalau ketahuan bisa dicincang sama Tuan Den!" panik Bi Muna.

"Ada sesuatu yang harus Orlan urus Bi, tolong kasih aba-aba ke Orlan kalau ada bahaya ya Bi," pinta Orlan.

"Gimana caranya Den?" tanya Bi Muna.

Orlan berpikir sejenak bagaimana cara mengkodenya nantinya. Tidak mungkin menelepon Orlan, pastinya tidak akan terdengar karena HP Orlan dalam mode pesawat agar tidak terganggu dan menghindari suara notifikasi agar tidak ketahuan.

"Orlan tau!" ucap Orlan, "Bibi pecahin aja 1 barang piring atau gelas atau apalah itu" lanjutnya.

"T-tapi gimana kalau sampai Bibi dimutilasi Den gara-gara ceroboh" gugup Bi Muna.

"Bibi tau? Kekayaan Papa dan Mama itu tidak terhitung, piring atau gelas itu tidak ada harganya bagi mereka. Orlan pamit Bi, Orlan buru-buru" pamit Orlan.

"Iya Den, hati-hati" peringat Bi Muna.

Orlan mengangguk dan langsung menuju sebuah ruangan. Lebih tepatnya ruang kerja Papanya. Sebelumnya ia sudah memastikan bahwa disekitar ruagan ini tidak ada cctv.

"Aman" gumamnya langsung masuk ke ruangan itu.

"Dimana kira-kira Papa simpan benda itu" gumamnya.

Orlan membuka semua laci, dan tidak menemukan apapun. Namun saat ia tak sengaja menabrak sebuah kursi, lemari di dekatnya begeser dan menampakkan sebuah ruangan rahasia. Tanpa menunggu lama, Orlan masuk ke dalam sana dan mencari benda yang ia cari.

Ruangan ini sedikit berdebu, namun benda-benda di dalamnya tersusun dengan rapi. Disana banyak senjata dengan berbagai model dan bentuk. Bahkan ada botol-botol ramuan disana, setelah mebaca tulisan botol itu, Orlan tahu bahwa itu adalah racun yang Papanya buat.

Orlan mebuka laci di dekat meja yang tak jauh darinya, dan menemukan apa yang ia cari. Buku rahasia Papanya, yang berisi daftar nama, resep racun yang ia buat, penjelasan dari senjata-senjata diruangan itu, serta alamat yang ia cari.

"Akhirnya gue dapetin ini, gak sia-sia gue punya ingatan yang kuat" gumam Orlan yang langsung pergi keluar dari ruangan itu dan mengembalikan semua seperti semula agar nantinya sang Papa tidak curiga. Tak lupa, ia mencuri 3 botol ramuan racun dan menyimpannya dalam kantong hoodienya.

Orlan juga menutup pintu rahasia itu dan mengembalikan kursinya seperti semula. Orlan menoleh ke kanan dan ke kiri, masih belum ada siapapun disini.

Prankk!

"Sial! Tanda bahaya!" panik Orlan.






🦉🦉🦉

Holla, malem guys!! Ada yang kangen???

Maaf ya kalau ada typo🤧

Disini ada yang punya ig? Mutualan kuy!
@suwitadm53
Itu username ig Author, nanti dm aja pasti difollback😘

See you💜

TBC

OWL MANWhere stories live. Discover now