Pandangan Seonghwa 31

Start from the beginning
                                    

"Hwa?"

"Hah? Gimana Joong?"

Hongjoong terkekeh lagi. Sekarang apa lagi yang lucu. Aneh memang.

"Kalau saya suka sama kamu gimana? Apa-apa gak?"

"Apa-apa gimana?"

"Haha, gini deh. Saya suka kamu, kamu mau gak jadi pacar saya?"

Seonghwa blank untuk yang ke dua kali.

.

"Besok gua udah bisa balik kan?"

Mingi mengangguk. "Ya lo jangan goblok goblok lagi ya?"

Yunho cemberut, tak suka diejek begitu. Mingi tersenyun jahil dekati Yunho lalu peluk erat-erat. Sampai Yunho sesak, tapi tak lama lepas lagi sambil cubit pipi Yunho hingga merah-merah.

"Kok gitu lo Gi?!"

"Gemes banget sih gua sama lo, kaya anak anjing. Pas banget dah lo suka anjing-anjingan."

Yunho tarik nafas lalu hembuskan perlahan. Kesabarannya diuji. Kalau bukan orang yang serba tau tentang hidupnya kalau bukan orang terdekat apa mungkin Yunho bunuh saja? Jual organ biar tambah kaya.

"Anjing pasti lo lagi mikirin gimana cara bunuh gua?!"

Yunho dibuat kaget, usap dada ingin menangis. "Iya anjing, jadi stop bacot lo ntar bantu packing."

"Nah kan anak anjing dasar."

"What ever Gi, gua capek ngomong sama orang anjing kek lo."

"Duh mentang-mentang udah sembuh, besok balik. Inget coy senin lo masuk kerja. Mamam tuh virus typus."

Kalau yang ini buat Yunho sadar akan realita kehidupan. Kemarin itu dia tak sadar, soalnya ngejar-ngejar Hongjoong sampai malu. Ya bukan salahnya, pikiran yang lain berkehendak.

"Duh jangan diem gitu dong. Gua bercanda doang kok. Ntar gua bantu kerjaan lo biar cepet beres deh. Lagian ada salam dari pak bos maaf gak bisa nengok soalnya lagi di luar kota."

"Temen yang laen?"

"Gua kaga ijinin, gua bilangnya lo cuma typus terus cacar gak bisa ditengok ntar nular."

Yunho yuk menangis. Batin, harusnya paksa San untuk temani. Kalau bersama Mingi ya dibuat stress berkepanjangan. Coba nanti kalau sudah sampai rumah Yunho akan iseng cek grup kantor. Firasatnya dari awal sudah tak enak. Terkutuk saja Mingi dengan akal-akalannya.

"Udah dong, harusnya happy kan besok udah pulang. Lo mau gua panggilin kak Hongjoong?"

"Gi please lah gua gak mau nambah stress terus drop terus dirawat lebih lama. Lo mau emang bayarin BPJS gua buat setaun? Enggak kan? Diem ya lo."

Ciut deh, Mingi langsung silent mulutnya. Bukan karena tak mampu buat bayar asuransi kesehatan Yunho. Bukan, ini karena Yunho sudah timbang-timbang vas bunga yang bunganya sudah raib ntah kemana. Oke tapi itu mengarah ke arah Mingi, mana dengan garang terus tatap Mingi tajam.

"A-ampun. Vasnya i-itu anu disimpen dulu ya a-atau..."

"Atau apa hah? Sini ngomong biar enak gua nimpuk pala lo mumpung lagi di rumah sakit juga."

Mingi telan ludah. Seret, tenggorokannya mendadak kering.
"Gua gak cerita hal penting ke lo. Ini nyangkut si boncel berduid itu."

Yunho terlihat berpikir, lalu simpan vas bunga di tempat asalnya.

"Jadi kenapa sama kak Hongjoong?"

"Gua rasa ini kesempatan bagus buat lo kabur dari dia. Gua denger dia ajak jalan kak Seonghwa sore ini."

"Yang bener. Lo tau dari mana?"

"Nih gua tanya kapan dia balik. Terus dia jawab gak akan balik dulu, lagi jalan sama Seonghwa."

Raut wajah Yunho tak enak. Ada rasa sakit. Cinta bertahun-tahun kan mana mungkin semudah itu buat dilupakan.

"Lo mau tembus kesalahan lo kan? Ya gua paham. Jauhin kak Hongjoong, masa lalu dan hal yang terjadi sekarang bukan salah lo."

"Terus gimana Gi? Gak mungkin gua tuding dia selingkuh."

Mingi membolakan mata sipitnya, mengorek telinga lalu goyang kan tubuh Yunho kencang.

"Stop Gi udah bangsat!"

Usai, tapi Mingi tampak tidak senang dengan itu.

"Lo balikan? Anjing, anjing, anjing! Dan lo terima aja aja gitu?"

Yunho mengedikkan kedua bahunya, "gak ada pilihan, kak Hongjoong gak kasih itu."

Sekarang malah Mingi yang makin stress berat.

______________________________________

Pandangan SeonghwaWhere stories live. Discover now