Pandangan Seonghwa 21

420 89 0
                                    

Pandangan Seonghwa
.
.
.
.
.
.

Tak sampai sore, seperti apa yang San harapkan. Hongjoong mengantarkan satu persatu penumpang. Yang terlebih dahulu San. Pemuda itu ngacir tak tahu terimakasih pun tak tahu diri buat Hongjoong geram tapi tertahan. Seonghwa-nya sudah bangun, melambai kecil ke arah San. Bilang pilih kasih, memang betul San begitu pasalnya dia ikut melambai yang di lanjut 'kiss bye' ala ala playboy buat Seonghwa. Duh Hongjoong sudah tertekan saja rasanya. San, sepupunya itu geliin.

"Yeosang sama Jongho udah sampai duluan ternyata, dia anterin Wooyoung dulu gak ya?"

"Memang kamu minta buat Wooyoung anterin kemana Hwa?"

"Rumah aku. Bunda sama ayah belom ketemu dia. Harus ketemu dulu."

"Kalo saya aja yang ketemu bunda sama ayah kamu gimana Hwa?"

Seonghwa kemampuannya sekarang cuma tersenyum. Senyum canggung buat nanggepin itu. Seonghwa malu, apalagi sedang tak bersama kawanannya yang lain. Yunho itu jelas asing buatnya.

"Kenapa? malu ya?" Goda Hongjoong, meninggalkan senyum genit. Seonghwa ingin pukul saja.

"Disini yang rumahnya deket aku atau temen kamu?" Alih Seonghwa dengan wajah bersemu, ia melirik kaca spion untuk melihat penumpang yang di belakang.

Si Yunho termenung melihat kearah luar. Dirinya tak yakin namun ada hembusan nafas berat yang dikeluarkan pemuda itu. Pandangannya menyayu, bukan Seonghwa tak tahu. Tapi pandangan itu sedikit menyimpan apa ya? Luka, entah lah Seonghwa tak mau terlalu jauh.

"kamu." Seonghwa tersentak, wajah Hongjoong begitu dekat dengan punyanya. Seonghwa sedikit memundurkan tubuhnya. Kalau maju maju nanti terlibat acara kisseu kisseu. Iya saking dekatnya.

"O-oke, ayo Joong jalan."

Sekarang perjalanan lebih sunyi. Diantara ketiga yang tampan-tampan itu tak ada seorang pun mengucap, menggumam, ataupun bermonolog.

Canggung, Hongjoong tak berniat untuk berkata. Dia cuma fokus pada setir dan jalan. Seonghwa betul-betul ngerasain atmosfer yang berada diantaranya itu tak bagus. Diam-diam ia mengambil ponsel, menghubungi kawanannya yang pasti sudah sampai duluan di rumah.

Seonghwa jadi berandai-andai. Andai Wooyoung disini Seonghwa yakin akan sedikit rasa canggung disini. Karena Seonghwa itu betul-betul tak ahli dalam memulai atau pun berpura-pura ramah pada orang yang baru ia temui.

Sekarang bukan hanya pemuda yang tak ia kenali yang menghembuskan nafas berat, giliran Seonghwa yang sampai terdengar Hongjoong.

"Kenapa Hwa?" Kendati begitu fokusnya masih tetap pada jalan. Seonghwa akui Hongjoong keren. Gantengnya berlipat-lipat.

"Enggak ada kok." Hongjoong mengangguk.

"Tegang banget kaya anu Hwa." Celetuknya. Ini Seonghwa harus tanggapi bagaimana. Hongjoong ini bercanda atau tidak? Kalimatnya sih mengandung candaan tapi ekspresinya datar.

"Ya ampun Hwa gemes banget! Jangan tegang dong canda doang itu."

"Oh ya? Haha begitu ya." Dengan sedikit tak niat sebetulnya. Hongjoong mungkin rasakan sampai berdeham beberapa kali.

Wooyoung-bestie

Woo kamu udah di rumahkan? Woo aku mau curhattttt 🤧

Send

Hadeh paling curhat diajak kencan lo sama kak Hongjoong, Terima aja dah kak. Kasian ntu orang kek berkantan indukan.

Pandangan SeonghwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang