Pandangan Seonghwa 24

385 83 4
                                    

Pandangan Seonghwa
.
.
.
.
.
.

2 hari setelah kejadian. Total 4 hari Seonghwa tak jumpa Hongjoong. Ditambah besok weekend kayanya total satu minggu deh Seonghwa tak akan bertemu Hongjoong. Buat kejadian dia yang jadi jengkelin semua orang cuma berlangsung di hari itu saja. Seonghwa juga sudah dapatkan maaf dari teman-teman sedivisi. Mereka maklumi kok tak ada yang benci sama Seonghwa karena pada dasarnya Seonghwa orang baik yang lagi galau jadi tak ada alasan buat benci dia.

Seonghwa ini bingung, semenjak lontaran nista dari ke tiga temannya itu mereka kian membully? Entahlah itu bisa dikategorikan membully atau tidak. Pasalnya tiap kali bertemu maupun berpapas, ketiga mahluk itu seakan tak ada habis-habisnya ledekin Seonghwa perihal jadi bucinan Hongjoong. Salah Seonghwa dimana ya, kan cuma bertanya keberadaan Hongjoong.

Begitu menjengkelkan memang tapi tak ada yang lebih menjengkelkan dari pada Wooyoung dari ketiga pemuda yang muda muda itu. Ya maklum saja intensitas mereka bertemu bisa dikatakan sangat sering dan rutin karena satu divisi. Itu buat Seonghwa jadi bulan-bulanan.

Wooyoung itu heboh, sangat heboh acap kali ledeki Seonghwa hingga teman-teman yang lain bertanya-tanya. Siapa sosok yang dicengcengin Seonghwa. Duh Seonghwa malu luar biasa. Memang tak secara gamblang Seonghwa dengar Wooyoung ledekin terus sebut nama yang bersangkutan tapi siapa pun atau apa pun itu pasti tau yang diledekin ini adalah Seonghwa yang katanya lagi cengcengin Hongjoong. Lelaki populer di divisi yang lupa lagi divisi apa itu.

"Kak lo demen sama kak Hongjoong?" Seonghwa hampir aja nyemburin minumannya, pertanyaan perdana dari San setelah sekian lama pemuda itu tak bercengkrama dengannya.

"A-apa? Pasti Wooyoung ya?"

San mengangguk, mereka berdua lagi ada di cafetaria buat makan siang. Wooyoung yang tadinya join bersama mendadak pergi katanya ada urusan penting. Seonghwa tak tahu apa itu dan tak mau tahu dahulu. Masih kesal dibuatnya.

"Jadi bener?"

"Enggak kok, emang salah ya aku tanyain Hongjoong dimana?"

San menyeruput kembali kopinya, menatap lurus ke arah Seonghwa yang dampakan pemuda cantik itu salah tingkah.

"Ke-kenapa? Aku aneh? Atau salah?" Paniknya, Seonghwa salah satu spesies yang kurang enakan oleh karena itu dilihat sebegitu intens jadi ingatkan dia kalau kalau ada kesalahan yang tak sengaja ia buat.

San terkekeh. Ekspresi Seonghwa sekarang adalah hiburannya.

"Enggak kok."

"Tapi tadi kamu ketawa berarti ada yang aneh ya sama aku?"

"Gemes banget sih, enggak ada kok." Jawab San.

Seonghwa kaget bukan untuk kata yang dilontarkan San akan tetapi untuk aksi San yang mengusak pipinya. Ayo bayangkan bagaimana Seonghwa bisa atasi ini?

"S-san." Dia bersemu. Si tertua malu bukan kepalang, banyak mata yang lihat ke arahnya.

"Apa?"

Seonghwa tatap San penuh harap. "Jangan gitu ya, banyak yang liatin aku malu."

"Suruh siapa gemes?" Kata San enteng lanjut lagi minum kopinya. Buat makan siang ini San cuma pesan kopi dan sandwich tanpa nasi. Ya tentu tanpa nasi sih, sejak kapan sandwich pake nasi. Tapi yang Seonghwa maksud itu dia tak makan nasi, memangnya sandwich aja cukup. Kalau Seonghwa sih tidak.

Tak ada bahan obrolan, mereka sama-sama nikmati makan siangnya. Jadinya canggung kalau tak lontarkan satu kata akhirnya setelah menelan dan menghabiskan semua makan Seonghwa panggil San dengan cicitan.

Pandangan SeonghwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang