Pandangan Seonghwa 30

381 76 0
                                    

Pandangan Seonghwa
.
.
.
.
.
.

"Lihat siapa yang datang. Welcome home anak pinter."

Hongjoong tersenyum remeh. Sambutan dari kakaknya ia hirau. Disini, dikediamannya yang dingin. Kediaman keluarga tepatnya. Ia habiskan 15 tahun hidup dan kembangnya lalu hilang tanpa jejak.

"Kapan kalian sadar? Jangan urusi urusan gua!"

"Maksud lo apa?"

"Lihat si anjing ini pura-pura lupa sama kejadian 3 tahun lalu. Lo ngancem Yunho lagi? Gua udah bilang bukan Yunho, ibu meninggal bukan karena dia kak! Yunho bukan masa lalu gua! Dan soal kematian ibu, itu semua udah takdir."

Raut wajah orang di sebrangnya mengeras. Tangannya terkepal.
"Oh si cupu itu bilang ke lo? Gua gak mau urusin urusan lo. Tapi lo harus sadar aja Joong."

"Itu kalian. Ibu sekarang udah tenang kak. Please kapan kalian sadarnya?"

"Enggak sesimple itu. Ibu meninggal bukan semata-mata karena takdir. Oke ya takdir tapi ada faktor lainnya Joong. Orang di masa lalu lo ikut adil dalam semua ini."

Hongjoong menggeleng keras. "Tapi bukan Yunho orangnya. Dia bukan anak yang berusaha deketin gua kak bukan dia."

"Itu dia. Anak bungsu dari keluarga Park."

"Yunho. Jung bukan Park."

Kakaknya menjauh, tinggalkan Hongjoong sendiri disana tak lama bawakan satu berkas tebal. Dilempar begitu saja hingga sedikit lukai wajah rupawannya.

"Lo boleh gak percaya sama gua. Tapi setelah lo liat ini. Lo pasti tau siapa yang sebabin ibu meninggal."

"Itu takdir! Ya gua tau. Bisa aja bukan Yunho. Tapi anak kecil kesayangan lo itu dia. Dia orangnya."

Hongjoong membanting berkas itu hingga timbulkan gaduh. "Gua gak butuh berkas itu. Gua gak percaya sama orang licik macem lo!"

"Oke, kalau lo udah selesai lo bisa pergi. Banyak yang harus gua urus termasuk ayah yang lagi sakit. Oh ya ayah minta lo balik pimpin anak perusahaan yang ada lo kerja di dalemnya. Tunjukin lo sebenernya Joong. Hidup ini bukan cuma lo."

Kakaknya mendekati Hongjoong, ia bawa kembali berkas tebal itu lalu digenggamkan pada Hongjoong. "Ini bukan soal lo. Stop jadi kekanakan. Ayah lagi kritis dan setelah bertahun-tahun lo datang dengan hal konyol. Satu fakta. Ayah sayang lo, ayah begini karena terlalu sayang lo."

"Tapi lo gak sayang dia. Gua juga." Lanjutnya.

Hongjoong tak dapat berkata-kata, sang kakak sudah pamit dari hadapannya. Kini tinggal hening dan dingin. Diusapnya permukaan yang sudah agak usang. Ini bukan sekedar berkas berisikan dokumen rahasia. Ini hanya sebuah diary tua milik mendiang ibunya. Jelas rahasia dalam artian pribadi.

Hongjoong meneteskan air matanya. Kematian sang ibu ini bukan hanya takdir. Betul apa yang kakaknya katakan.

Ini semua tentang pengkhianatan. Ada ayah juga yang masuk. Semua rumit. Sangat rumit.

Gelang rapuh yang harusnya tak biarkan ditunjukan pun ia gunakan. Tak begitu rapuh, Hongjoong ganti tali tua itu dengan yang baru tapi yang lama tak dibuang, itu diikatkan di sisian tali tepat di dekat inisial namanya.

"Apa gua terlalu melangkah jauh? Apa gua harus balik. Tapi itu sakit banget."

.

Tepat pukul 3 sore, San berpamitan. Ada ayah dan bunda, tersenyum hangat sambut dengan baik. Tapi sayang San tak bisa lama-lama selain memang Seonghwa yang ada urusan tuk temui temannya.

Pandangan SeonghwaWhere stories live. Discover now